BALIPUSTAKANES, Denpasar – Kajeng Kliwon dan harina tilem adalah salah satu hari raya yang selalu diperingati oleh umat Hindu di Bali.
Kajeng Kliwon yang selalu diperingati setiap lima belas hari sekali oleh umat Hindu adalah hal yang biasa. Sedangkan rahina Tilem atau bulan mati yang datangnya setiap 30 atau 29 hari juga selalu dirayakan oleh umat Hindu di Bali.
Namun apa jadinya jika rahina Kajeng Kliwon dan rahina Tilem datang bersamaan di hari yang sama?
Hari ini Senin, 6 September adalah hari yang langka bagi umat Hindu Bali dimana rahina Tilem dan Kajeng Kliwon berada di hari yang sama.
Baca juga Selama 3 Tahu Berpimpin, Gubernur Bali dan Wagub Bali Ciptakan Bali Menuju Era Baru
Berdasarkan pawukon kalender Bali, Tilem Sasih Katiga ini berbarengan dengan Kajeng Kliwon Nyitan. Kajeng Kliwon Nyitan adalah Kajeng Kliwon yang terjadi pada masa penanggal (hari-hari setelah bulan mati menuju bulan purnama).
Dilansir dari wawancara Indobalinews dengan Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Badung Dr. Drs. Gede Rudia Adiputra, M.Ag, Kajeng Kliwon yang jatuh pada saat Purnama dan Tilem maka ada dua macam yakni Kajeng Kliwon Nyitan dan Kajeng Kliwon Wudan.
“Yang patut dipuja pada hari Kajeng Kliwon adalah dewata dari hari wawaran bersangkutan, seperti dewatanya hari Kajeng adalah Sanghyang Manacika atau Dewa Mahadewa yang berstana di arah barat,” ujar Gede Rudia Adiputra.
Baca juga Ayam Sambal Bejek, Kuliner Khas Belayu yang Wajib Dicoba
Sedangkan dewata hari Kliwon adalah Sanghyang Garga atau Dewa Shiwa.
“Berkaitan dengan Kliwon yang posisinya ada di madya (tengah) dengan dewatanya Shiwa yang berstana di tengah (dalam) bermakna bahwa umat Hindu dalam memujaNya patutlah dengan sikap lahir batin yang disebut mulat sarira,” kata Gede Rudia Adiputra.
Mulat sarira yang dimaksudkan adalah mawas diri dalam kondisi terkendali ke dalam lubuk hati, bermeditasi untuk perenungan diri, atau istilah yang lebih sakral adalah melakukan tapa brata yoga semadi.
Gede Rudia Adiputra mengatakan pada saat Tilem bertepatan dengan Kajeng Kliwon umat Hindu patut melakukan introspeksi dilanjutkan dengan pemujaan atau bersembahyang ke hadapan Sanghyang Widhi dengan manifestasinya.
“Semoga semua umat Hindu tanpa kecuali senantiasa dapat berbakti kepada Hyang Widhi dan Bhatara Leluhur untuk memohon waranugraha dalam bentuk tutunan serta penerangan batin agar dapat melaksanakan swadharma kehidupan di dunia ini,” katanya.






Discussion about this post