Dana yang besar menjadi salah satu modal utama karena yang dinilai tidak hanya soal keterampilan memasak, tetapi juga penyajian yang harus melibatkan tim desainer dan para perajin untuk membuat peralatan makan. Penilaian juga melihat jumlah sampah yang dihasilkan, cara berkomunikasi dengan commis (asisten chef), hingga cara mempromosikan hidangan dari masing-masing negara.
Chef Mandif menyebutkan bahwa jika tim marketing kurang kuat untuk berpromosi, pesan yang ingin disampaikan tidak akan sampai ke juri. Ia pun banyak belajar tentang mengorganisasi dapur secara profesional dari kontestan negara lain.
“Ibarat kalau balapan mobil ada pitstop, tim mereka itu jago banget dan peralatannya super canggih. Jadi itu interesting banget, teknik mereka very specific dan kerja mereka presisi,” ujar Chef Mandif.
“Tapi kita nggak jelek loh, the results is not bad. Plate-nya beautiful, tapi organisasi nggak bisa seperti mereka sih,” tambahnya.
Dari 21 kontestan yang berkompetisi, Chef Mandif menyebut semuanya adalah saingan yang sangat berat bagi Indonesia. Ia dan Chef Lutfi juga harus bersaing dengan waktu yang terbatas untuk menyajikan tiga hidangan.







Discussion about this post