Balipustakanews.com, Badung – Perkumpulan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) untuk pertama kali menggelar menggelar Festival Tumpek Wariga. Festival digelar untuk mengampanyekan ekosistem bisnis dan perputaran roda ekonomi tanpa merusak lingkungan.
“Kami mencari keseimbangan antara kebutuhan perputaran ekonomi dengan menjaga lingkungan, juga melihat apakah (potensi alam) dilihat sebagai modal atau sebagai sumber untuk dieksploitasi,” kata Direktur Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Smesco Indonesia) Leonard Theosabrata di The Nusa Dua, Badung, Jumat (2/1/2024).
Sebagai informasi, Festival Tumpek Wariga diadakan mulai 2 sampai 4 Februari 2024 di Nusa Dua dan Hutan Belajar Bali Barat, Jembrana. Festival Tumpek Wariga diisi diskusi, kolaborasi, dan pemetaan jaringan antara pelaku usaha, unsur pemerintah, dan investor.
Leonard menjelaskan pertemuan pelaku usaha, unsur pemerintah, dan para investor selama Festival Tumpek Wariga akan berdiskusi upaya menjaga roda perekonomian melalui ekosistem bisnis yang tidak mengeksploitasi alam.
Selaim itu, akan ada diskusi dan pembaruan terkini dalam dunia usaha yang ramah lingkungan. Tujuannya, meningkatkan kualitas pelaku usaha dari semua aspek, mulai dari cara menjalankan usaha dan menghasilkan produk yang berkualitas.
“Festival Tumpek Wariga supaya dapat menghasilkan UMKM (usaha mikro kecil menengah) yang baik secara global dengan narasi sustainability (keberlanjutan) dan berkualitas,” ungkap Leonard.
Leonard menjelaskan akan ada pembahasan mengenai upaya menjalankan pertanian, ekonomi biru atau perikanan, dan jenis usaha lain yang berkualitas dan berkelanjutan. Tentunya, dengan harapan tidak perilaku eksploitasi dari pelaku usahanya.
“Istilahnya, hubungan kita dengan alam ini mutual simbiosis. Jadi, bukan hanya menjaga alam, tapi juga untuk kepentingan ekonominya. Kalau mau bisnis yang sustain, artinya harus menjaga alam,” tuturnya.
Tidak ada target keuntungan finansial dalam festival tersebut. Hanya saja, praktik usaha yamg ramah lingkungan diharapkan roda bisnis pelaku usaha yang bergantung pada komoditas alam, dapat terus berlangsung dan memberikan prospek yang bagus.
“Kalau target, yang kami dorong adalah (usaha) kecil tapi berkualitas. Kalau naik omzet (secara jangka panjang) pasti. Kami berinvestasi hijau, tidak hanya melestarikan alam, tapi ada cuan juga,” katanya.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian KLHK Jawa Timur dan Bali Haryo Pambudi mengatakan Festival Tumpek Wariga merupakan kesempatan baik bagi Pemerintah Provinsi Bali mengucurkan pendanaan usaha. Kucuran dana nantinya akan meningkatkan perekonomian, sekaligus menjaga kelestarian alam.
“Ini kesempatan yang baik bagi teman-teman di kehutanan maupun Pemerintah Provinsi Bali untuk mengkolaborasikan pendanaan-pendanaan. Nantinya, akan menjaga kelestarian hutan dan meningkatkan ekonomi,” ujar Haryo.
Selain soal ekonomi dan kelestarian lingkungan, Festival Tumpek Wariga juga bertujuan mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim di hutan. Sehingga, dengan melestarikan hutan, maka ekosistem bisnis dan perekonomian juga akan terjaga.
“Kami mengupayakan mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan dan adaptasi di tingkat desa sehingga indeks kerentanan desa dapat kami turunkan. Itu harapan kami bahwa hutan lestari dan masyarakat akan sejahtera,” harap Haryo. (PR/DTK)
Discussion about this post