BALIPUSTAKANEWS,DENPASAR – Gubernur Koster berencana menyusun Roadmap Rencana Reboisasi di Kawasan-Kawasan Hutan Se-Bali. Hal tersebut disampaikan pada saat penanaman mangrove dihadapan Menteri Negara untuk Asia, Energi, Iklim dan Lingkungan Inggris Lord Goldsmith bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar, Minggu (23/10).
Kebijakan tersebut juga didukung Perjanjian Kerja Sama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Cipta Karya dan Ditjen Bina Marga serta Pemerintah Provinsi Bali guna Dukungan Penguatan Fungsi Kawasan Tahura Ngurah Rai Melalui Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Wisata Alam Dalam Rangka Penyelenggaraan KTT G20 di Bali, yang ditandatangani medio Agustus lalu.
Di sisi lain, Direktur Konservasi Tanah dan Air Kementerian LHK RI, Muhammad Zainal Arifin menjelaskan kepada rombongan bahwa pelestarian mangrove merupakan bagian kebijakan prioritas Pemerintah Indonesia dibawah Presiden Joko Widodo. Presiden menargetkan rehabilitasi hutan mangrove di tanah air bisa mencapai 600 ribu hektare dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.
“Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia, yaitu sebesar 3,36 juta hektar. Termasuk di kawasan Tahura Ngurah Rai, Bali yang meliputi 1.300 hektar mangrove dengan ekosistemnya yang eksotis,” tandas Zainal.
Berkaitan dengan event G20, Zainal juga menjelaskan bahwa saat ini Bali telah merehabilitasi kawasan Mangrove Conservation Forest, yang rencananya akan jadi salah satu lokasi tujuan kepala negara yang hadir dalam ajang KTT G20. Kawasan tersebut merupakan bukti nyata komitmen Indonesia dalam upaya meredam isu-isu perubahan iklim. “Kawasan ini merupakan yang pertama dan satu-satunya, kawasan hutan dan persemaian mangrove modern di dunia,” jelasnya lagi.
Kedatangan Lord Goldsmith beserta jajaran ke Indonesia dan Bali, adalah dalam rangka untuk membahas kerja sama bilateral antara Inggris dan Indonesia tentang iklim dan lingkungan, khususnya sektor kehutanan dan penggunaan lahan berkelanjutan (FOLU).
Kedua negara sepakat untuk menandatangani kerja sama di bidang lingkungan dan iklim, Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 yang tertuang dalam MoU yang ditandatangani oleh Menteri LHK dan Menteri Negara untuk Asia, Energi, Iklim, dan Lingkungan Hidup Inggris. Melalui MoU ini, kedua belah pihak bertujuan untuk membangun persahabatan yang lebih kuat, untuk mewujudkan aksi iklim yang nyata dan efektif di lapangan. “Indonesia memainkan peran utama dalam memastikan bahwa semua komitmen yang ditetapkan dalam agenda G20 terpenuhi, termasuk transisi energi, karena kita berusaha untuk mengatasi peningkatan dampak perubahan iklim dan menjaga agar target suhu Perjanjian Paris tetap terjangkau,” ujarnya.(CF/HpB)
Discussion about this post