Balipustakanews.com, Tabanan – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali sekaligus Duta Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Palemahan Kedas (PSBS PADAS), Ibu Putri Koster, terus menggaungkan pentingnya kesadaran mengelola sampah dari sumbernya. Dalam sosialisasi bersama Tim Penggerak PKK dan PAKIS di Kecamatan Penebel dan Kerambitan, Tabanan, ia nyobiahang atau menyampaikan langsung makna gerakan PSBS PADAS sebagai upaya nyata menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Menurutnya, tumpukan sampah yang kian meningkat telah menjadi ancaman serius bagi Bali. Selain merusak keindahan dan menimbulkan bau tidak sedap, sampah juga mencemari tanah dan air serta berdampak pada kesehatan masyarakat. Karena itu, katanya, perubahan harus dimulai dari kesadaran di tingkat rumah tangga.
“Mulailah dari rumah sendiri. Pisahkan sampah sejak dari sumbernya, gunakan kembali yang bisa dimanfaatkan, dan biasakan hidup bersih. Lingkungan bersih adalah cermin kesadaran dan tanggung jawab kita terhadap bumi,” ujar Ibu Putri Koster.
Ia menjelaskan, Bali setiap hari menghasilkan sekitar 3.463 ton sampah, di mana sebagian besar atau sekitar 60 persen berasal dari rumah tangga. Oleh karena itu, gerakan Bali Bersih harus dimaknai sebagai transformasi cara berpikir masyarakat, dari sekadar membuang sampah menjadi mengelola sampah.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyoroti penggunaan plastik sekali pakai yang masih tinggi. Plastik, katanya, membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai, mencemari tanah dan air, bahkan menghasilkan zat beracun jika dibakar. Karena itu, masyarakat diminta beralih ke bahan ramah lingkungan serta mulai mengolah sampah organik menggunakan teba modern atau tong komposter.
Menanggapi praktik bank sampah, Ibu Putri Koster memberikan pandangan kritis. Menurutnya, sistem itu baik dari sisi ekonomi, namun belum menyentuh akar persoalan. “Banyak masyarakat mengumpulkan sampah karena ingin dijual, bukan karena sadar menjaga lingkungan. Padahal inti PSBS PADAS adalah kesadaran, bukan sekadar jual beli sampah,” tegasnya.
Ia menekankan, pengelolaan sampah berbasis sumber harus menjadi gerakan moral untuk mengubah perilaku masyarakat: memilah, mengompos, dan mengurangi sampah. “Kalau kita disiplin mulai dari rumah, Bali tidak hanya bersih, tetapi juga berbudaya,” ujarnya menutup sosialisasi.
Koordinator Percepatan Pengelolaan Sampah Provinsi Bali, Prof. Luh Riniti Rahayu, yang turut mendampingi, menegaskan bahwa kondisi sampah di Bali sudah dalam tahap darurat. Ia mengingatkan bahwa penanganan sampah tidak akan berhasil tanpa keterlibatan aktif masyarakat.
Camat Kerambitan, I Putu Adi Supraja, menambahkan bahwa pihaknya sudah bersinergi dengan 15 perbekel dan 29 bendesa adat untuk membangun teba modern di balai banjar dan kantor desa. Sosialisasi berkelanjutan juga dilakukan bagi warga yang masih menggunakan teba konvensional.
Ia menegaskan dukungan penuh terhadap program PSBS PADAS. “Kami ingin setiap rumah tangga punya tanggung jawab terhadap kebersihan. Desa dinas dan desa adat sudah bersinergi, dan kami akan terus kuatkan sinergi ini,” ujarnya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua TP PKK Kabupaten Tabanan Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, Sekretaris I TP PKK Ny. Budiasih Dirga, serta para camat dan perbekel dari Penebel dan Kerambitan. (hmsprv/pr)
Discussion about this post