BALIPUSTAKANEWS – Ubud masuk ke dalam 25 besar kota terbaik di dunia menurut versi Travel Leisure, yakni sebuah majalah travel yang berbasis di New York. Ubud menempati urutan ke-9 sebagai kota terbaik di dunia, tentunya hal ini bukanlah tanpa sebab. Salah satu faktor atau sebabnya adalah tak lepas dari peran leluhur.
“Dengan nilai-nilai budaya yang senantiasa terjaga dan oleh community kita, baik dari kalangan masyarakat, pengusaha, pemangku kebijakan di Ubud legacy ini mampu diterjemahkan sebagai inovasi-inovasi yang lebih bersifat recent tanpa meninggalkan esensi dari jati diri Ubud itu sendiri,” kata Ketua Badan Promosi Wisata Kabupaten Gianyar Tjokorda Bayu Putra Sukawati, Selasa (14/7/2020).
Dinilai oleh Tjokorda Bayu Putra Sukawati yang akrab disapa Cok Tra, Ubud bisa masuk ke dalam 9 besar kota terbaik di dunia menurut majalah Travel Leisure adalah juga karena di Ubud terdapat unsur kebudayaan yang berdampingan dengan unsur-unsur pariwisata.
“Secara kasat mata sering dapat kita simak bagaimana atraksi budaya yang realtime berdampingan dengan unsur-unsur kepariwisataan tanpa saling mengganggu. Contohnya seperti tourist sedang dinner, dihadapan mereka sedang berlangsung iring-iringan upacara agama. Hal sederhana ini sebagai keunikan tersendiri,” kata putra dari Wakil Gubernur Bali, Cok Ace ini.
Dengan adanya keunikan tersendiri tersebut, atmosfir yang terbangun adalah bagaimana budaya itu mampu emerging atau muncul dengan aktivitas pariwisata. “Sehingga yang menjadi kunci adalah keseimbangan akan unsur-unsur tersebut, ditambah dengan kian bertambahnya brand-brand atau merek ternama baik di bidang kuliner, akomodasi, serta bidang lainnya yang juga kian melengkapi etalase Ubud bagi wisatawan,” imbuhnya
Untuk mempertahankan agar Ubud tetap menjadi kota terbaik di dunia, maka akan dibutuhkan pembenahan atau perubahan yang dilakukan oleh semua pihak, baik secara fisik maupun sistematik.
“Tiang (saya red) yakin seluruh community ini pun tidak akan pernah berhenti untuk memikirkan langkah-langkah terbaik kedepannya, dari hal yang paling mendasar seperti kebersihan hingga ke hal-hal yang lebih kompleks seperti perencanaan tataruang kawasan Ubud,” ucapnya.
Tidak hanya itu, dibutuhkan juga keselarasan dan keharmonisan visi misi dari seluruh komponen agar seluruh kepentingan itu dapat kembali bermuara.
Discussion about this post