Cara Pelaksanaan Hari Raya Tumpek Wariga di Bali
Proses pelaksanaan Tumpek Wariga bisa saja memiliki perbedaan antara satu tempat dengan tempat lain di Bali. Perbedaan itu terjadi karena proses pelaksanaannya kerap disesuaikan dengan konsep desa kala patra.
Hanya saja, menurut catatan yang ada dalam kitab Sundarigama, disebutkan bahwa banten atau upakara yang diperlukan untuk perayaan Tumpek Wariga di antaranya adalah:
- Peras, sayut, tulung
- Bubur sumsum
- Tumpek agung
- Penyeneng
- Babi atau itik guling yang dipakai sebagai ulam atau daging
- Sesayut calegrani serta tetebus
Bubur yang digunakan pada Tumpek Wariga dianggap sebagai lambang kesuburan. Jenis bubur yang dipakai biasanya adalah bubur merah serta bubur putih. Selain itu, pada setiap pelaksanaan upacara ini, masyarakat Bali juga pantang dan bahkan dilarang untuk menebang phon. Sebagai gantinya, mereka berbondong-bondong didorong untuk melakukan penanaman pohon.
Itulah makna penting dari pelaksnaaan Hari Raya Tumpek Wariga oleh masyarakat Hindu Bali. Pelaksanaan upacara ini secara rutin, memastikan bahwa Bali tidak akan pernah kehilangan pemandangan alami yang menjadi salah satu daya tarik wisatanya.
Apalagi, hari raya ini mereka laksanakan setiap 210 hari sekali, seiring dengan pelaksanaan Hari Raya Galungan. Oleh karena itu, wisatawan juga harus turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan di Bali. Tak hanya itu, Anda juga perlu menghormati adat istiadat serta aturan yang berlaku di pulau ini. (CF/Google)
Discussion about this post