Balipustakanews.com, Tabanan – Sehari menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, masyarakat Desa Adat Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, memiliki tradisi unik yaitu menyalakan linting atau yang disebut ‘Ngelinting’ saat Penampahan Galungan dan Kuningan.
Ida Mangku I Dewa Nyoman Muliarta, seorang praktisi keagamaan setempat, menjelaskan bahwa tradisi membakar linting ini sudah ada sejak lama dan menjadi tradisi yang tidak boleh dilewatkan oleh warga desa.
“Tradisi ini tidak tercatat dalam lontar atau peninggalan desa, tapi sudah ada sejak dulu. Pemasangan linting dilakukan pada saat Sandikala atau Magrib,” ujar Muliarta, Selasa (22/4).
Ia menambahkan bahwa membakar linting memiliki makna sebagai penerangan atau cahaya menjelang Galungan dan Kuningan, baik dalam konteks Bhuana Agung maupun Bhuana Alit, dengan tujuan agar menyambut Galungan dan Kuningan besok hari dengan ‘galang a padang’ atau sinar terang.
Cara pembuatan linting cukup sederhana, hanya membutuhkan lidi yang dibalut kapas dan dilumuri minyak kelapa atau minyak goreng, kemudian dibakar. Linting yang sudah terbakar ditancapkan di setiap pelinggih di rumah, termasuk di depan pintu masuk.
Yang lebih unik, tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh warga yang tinggal di Desa Adat Samsam, namun juga oleh warga asli Samsam yang tinggal di luar desa, kecamatan, bahkan kabupaten. (DTK/PR)
Discussion about this post