BALIPUSTAKANEWS – Megibung adalah salah satu tradisi turun temurun yang telah di wariskan oleh leluhur. Tradisi megibung ini dilakukan dengan cara makan bersama dalam satu wadah. Megibung ini penuh dengan kebersamaan dan dapat meningkatkan kebersamaan sesama warga.
Tradisi megibung sering digelar berkaitan dengan berbagai jenis upacara adat dan agama (Hindu), seperti upacara potong gigi, otonan anak, pernikahan, ngaben, pemelaspasan, dan piodalandi Pura. Seiring dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang saat ini, tradisi megibung mengalami pergeseran dimana masyarakat mencari aspek kepraktisan dengan mengadopsi tata cara makan secara nasional yaitu prasmanan.
Menurut Bendesa Adat Desa Selat Jro Bendesa Mustika, tradisi megibung sudah dilakukan sejak jaman dahulu oleh para leluhur dimana dalam tradisi tersebut ternyata banyak mengandung nilai-nilai kesopanan, etika, perilaku yang secara implisit ada didalamnya. Megibung merupakan tradisi makan bersama dalam satu wadah dengan posisi duduk melingkar yang biasanya berjumlah 6-8 orang yang dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Karangasem. Mengenai asal muasal megibungyang dilaksanakan di Bali khususnya di Karangasem (sebagian di Lombok khususnya Lombok Barat)
Tradisi Megibung mengandung philosofi yang sangat tinggi yang diajarkan oleh leluhur terdahulu kepada kita khususnya generasi mendatang yaitu:
1. Selalu mengutamakan atau mempersembahkan terlebih dahulu kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai
sujud bakti dan astiti;
2. Pendidikan moral (etika, tata tertib, sopan santun,kesabaran, rasakebersamaan, kekeluargaan dan saling menghargai);
3. Proses sosialisasi sesama manusia, yangawalnya tidak saling mengenal,maka pada saat megibung kita mendapat sahabat, dan persaudaraan menjadi luas.;
4. Melalui megibung tidak terjadi kastalisasi artinya kedudukan kita sama tidak memandang dari kasta mana yang ikut megibung
(Sy/Google)
Discussion about this post