Simbol Dan Makna Perlengkapan Penjor Upacara
Dari beberapa unsur yang melengkapi penjor Galungan tersebut, memiliki makna atau simbol dari kekuatan Tuhan. Sehingga penjor untuk upacara, wajib memenuhinya dari perlengkapan tersebut, berikut perlengkapan penjor tersebut;
Bambu, adalah simbol gunung dan gunung tempat stana para Ida Sang Hyang Widi dan juga sebagai simbol kekuatan Hyang Brahma
- Bambu (tiying) dibungkus ambu/kasa, simbol kekuatan Dewa Maheswara
- Kain putih kuning, simbol kekuatan Dewa Iswara
- Sampian, simbol kekuatan Dewa Parama Siwa
- Janur, simbol kekuatan Dewa Mahadewa
- Kue (jaja uli +gina), simbol kekuatan Dewa Brahma
- Kelapa, simbol kekuatan Dewa Rudra
- Pala bungkah, pala gantung, simbol kekuatan Dewa Wisnu
- Tebu, sebagai simbol kekuatan Dewa Sambu
- Plawa, simbol kekuatan Dewa Sangkara
- Sanggah Cucuk, simbol kekuatan Dewa Siwa
- Lamak, simbol Tribhuana
- Banten Upakara sebagai simbol kekuatan Dewa Sadha Siwa
- Klukuh berisi pisang, tape dan jaja, simbol kekuatan Dewa Boga
- Ubag-abig, simbol Rare Angon
- Hiasan cili, gegantungan, simbol widyadari
- Tamiang, sebagai simbol penolak bala atau kejahatan
Unsur-unsur tersebut diatas diperlukan saat pembuatan penjor upacara di Bali karena melambangkan simbol-simbol suci atas dasar atau landasan dari implementasi ajaran kitab suci weda, yang berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika agama Hindu. Sedangkan penjor dekorasi tidak perlu melengkapi dengan semua unsur tersebut di atas, cukup agar penjor tersebut tampil menarik dan indah. Penjor adalah sebuah bagian warisan dan budaya dan tradisi agama Hindu di Bali.
Penjor Galungan ini sendiri dicabut genap setelah 35 hari Raya Galungan atau dikenal dengan Budha Kliwon Pahang. Dengan banten Tumpeng Puncak Manik, peralatan penjor dibakar, kemudian abunya dimasukkan ke klungah nyuh (kelapa) gading dan kemudian ditanam di hulu pekarangan rumah ataupun bisa dihanyut ke laut. (CF/Google)
Discussion about this post