Balipustakanews.com, Denpasar – Kemeriahan malam takbiran berbalut kerukunan antarumat di Bali tersaji di Kampung Islam Kepaon, Denpasar. Puluhan anak muda Hindu ikut memeriahkan malam takbiran dengan iringan baleganjur.
Para pemuda itu datang dari Sekaa Teruna Teruni (STT) Banjar Dukuh Tangkas. Suasana makin ramai dengan iringan baleganjur para pemuda itu, Selasa (9/4) malam. Mereka ikut menyambut Lebaran Idul Fitri yang jatuh pada 10 April 2024.
Ketua STT Banjar Dukuh Tangkas I Komang Okiana Saputra mengatakan spesial untuk malam takbiran tersebut pihaknya membawakan instrumen Samsara. Total ada 25 anggota STT yang terlibat dalam penampilan tersebut.
Menurutnya, ini kali kedua pihaknya turut menyemarakkan malam takbiran di Kampung Islam Kepaon. Mereka telah berlatih sejak beberapa hari lalu agar bisa tampil maksimal.
“Antusias dari teman-teman sangat menunggu momen-momen yang seperti sekarang ini,” kata Okiana saat ditemui di kawasan Masjid Besar Al-Muhajirin Kepaon.
Menurutnya, tujuan keterlibatan pihaknya dalam malam takbiran tak lain adalah untuk mendukung pelaksanaan umat Islam saat menyelenggarakan malam takbiran. Serta, sebagai bentuk toleransi antarumat beragama.
“Sistemnya seperti Bali-nya itu menyama braye sebagai toleransi. Kami menjunjung tinggi toleransi yang berada di Bali ini dan jangan sampai terpecah belah,” akunya.
Dewan Pembina Yayasan Masjid Al-Muhajirin sekaligus Kepala Dusun Kampung Islam Kepaon Muhammad Asmara mengungkapkan keterlibatan baleganjur saat takbir keliling dimulai sejak 10 tahun lalu. Setiap tahun, banjar yang dilibatkan akan digilir sehingga semua banjar di kawasan tersebut mendapatkan kesempatan yang sama.
Takbir keliling dengan melibatkan tokoh masyarakat dan banjar di kawasan itu, sebagai bagian merawat kerukunan yang telah terjalin 300 tahun lamanya.
“Di dalam takbir keliling ini kami selalu mengikutsertakan keluarga-keluarga kami yang berada di seputaran kami nonmuslim untuk ikut dalam bergembira menyambut hari raya ini dengan cara meminta kepada warga nonmuslim untuk menyediakan baleganjur,” tuturnya.
“Ini karena kami pada hakikatnya orang Bali asli karena nenek dan kakek moyang kami ada juga di banjar-banjar lain yang beragama Hindu dan kakek-kakek mereka juga ada di sini beragama Islam. Jadi, kami sebenarnya satu pertalian,” imbuhnya.
Menurutnya, tingginya toleransi tak hanya terlihat saat keterlibatan baleganjur di takbir keliling. Namun juga, saat warga Kampung Islam Kepaon yang turut terlibat dalam malam pengerupukan Nyepi.
“Mudah-mudahan ini bisa berjalan terus dan langgeng yang merupakan toleransi kami sesama umat beragama, khususnya yang ada di Bali,” harap Asmara. (PR/DTK)
Discussion about this post