BALIPUSTAKANEWS – Galungan merupakan salah satu perayaan besar bagi umat Hindu di mana dilaksanakan pada selama 210 hari. Bagi umat Hindu, Hari Raya Galungan diartikan sebagai perayaan kemenangan atas kemenangan dharma atas adharma.
Selain dari pemansangan penjor dan terdapa kuliner babi gulung, berikut ini sederet fakta Hari Raya Galungan Di bali
1. Berasal dari mitologi Hindu
Perayaan Hari Galungan berasal dari mitologi Hindu-Bali. Pada zaman dahulu kala ada raja yang jahat dan bengis bernama Mayadenawa. Berkat kesaktiannya dia mampu menguasai Bali, Lombok, Blambangan (Banyuwangi), hingga Bugis. Karena merasa paling sakti dan berkuasa, ia meminta rakyatnya untuk menyembah dirinya. Ia melarang rakyatnya menyembah dewa, bahkan pura dan tempat peribadatan juga dihancurkan.
Kelakuan raja jahat ini akhirnya membuat rakyatnya resah, kemudian seorang pemuka agama Hindu bernama Mpu Sangkul Putih pergi ke Jawa Dwipa (India) untuk meminta pertolongan. Akhirnya Mpu Sangkul Putih mendapat bantuan dari Dewa Indra yang dikenal sebagai dewa yang menguasai cuaca. Kemudian terjadi perang besar antara pasukan Raja Mayadenawa dan Dewa Indra. Perang yang maha dahyat itu dimenangkan oleh Dewa Indra.
Mitologi inilah yang dijadikan landasan Hari Galungan. Memperingati kemenangan dharma (kebaikan atau kebajikan) atas adharma (kejahatan).
2. Memiliki sejarah panjang
Hari Galungan pertama kali dirayakan pada tahun Saka 804 atau 804 Masehi. Namun perayaan Galungan sempat terhenti cukup lama karena banyak raja-raja Bali yang meninggal saat masih berusia muda. Selain itu Bali juga sering dilanda bencana. Ketika Bali dipimpin oleh Raja Sri Jayakasunu, hari Galungan kembali dirayakan. Dalam pertapaannya Raja Sri Jayakasunu mendapat pencegahan tentang alasan mengapa Pulau Bali yang selama ini selalu dilanda kemalangan. Ternyata hal itu disebabkan karena masyarakat Bali meninggalkan peringatan hari Galungan. Meskipun nampak tidak masuk akal namun masyarakat Bali sangat mempercayai rajanya.








Discussion about this post