Dengan rarapan ini kita telah memelihara keharmonisan alam sekala dan niskala yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Seperti para pedagang sebelum memulai usahanya, selalu menghaturkan rarapan apakah di sekitar dagangan bekerja atau di pura melanting. Bahkan ada yang menyajikan aturan rarapan tersaji dengan haturan untuk betara, sehingga bentuknya seperti gebogan. Itu dihaturkan setiap hari. Hal semacam ini banyak kita lihat di pasar-pasar di Bali. Tujuannya adalah permohonan kehadapan Ida Betari Melanting agar usaha dagangannya menguntungkan, sekaligus agar para ancangan beliau dapat membantu dalam berusaha, atau paling tidak ancangan beliau tak mengganggu, namun membantu.
Jangankan para pedagang di pasar yang sudah disediakan pura Melanting, pedagang sepeda motor yang mangkal di pinggir jalan setiap hari juga menyediakan sebuah pelangkiran di tempatnya mangkal sebagai tempat menghaturkan canang untuk penghayatan kehadapan Dewa-Dewi memohon keselamatan, harapan mereka akan dapat bekerja dengan nyaman, aman, lancar, dan menguntungkan.
Artinya semua manusia Bali Hindu dalam kesehariannya, dalam bekerja dan dalam menjalankan kehidupan ini senantiasa untuk berdoa memohon kehadapan Ida Sanghyang Widhi, kehdapan Dewa-Dewi dan Betara Betara, kepada leluhur agar diberikan kekuatan dan kesejahteraan. Dengan rarapan tersebut, manusia berharap semuanya menjadi tenang dan menemukan kedamaian. (CF/Google)
Discussion about this post