Balipustakanews.com, Badung – PLN melalui Unit Pelaksana Pengatur Beban (UP2B) Bali menanam 6.000 bibit mangrove di kawasan Nusa Pudut, Tanjung Benoa, Kabupaten Badung. Langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan sekaligus upaya nyata untuk mengatasi ancaman abrasi dan menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.
Asisten Manajer Keuangan, Komunikasi, dan Umum PLN UP2B Bali, Putu Bintang Suhartami, menjelaskan bahwa program ini dilakukan bersama Kelompok Balaram Mangrove Heroes, komunitas lokal yang fokus pada pelestarian mangrove. “Nusa Pudut sudah banyak mengalami abrasi. Karena itu, kami bersama Balaram Mangrove Heroes melakukan penanaman mangrove agar abrasi tidak semakin meluas,” ujar Bintang saat kegiatan berlangsung, Sabtu (20/9).
Bintang menambahkan, mangrove memiliki peran vital dalam menjaga ekosistem. Selain mencegah abrasi, erosi, dan banjir, hutan mangrove juga menjadi habitat berbagai jenis hewan laut dan burung, tempat pencarian kerang oleh masyarakat, serta memiliki potensi besar dikembangkan menjadi ekowisata. Dalam program ini, PLN juga memberikan dana pemeliharaan, media tanam, alat kebersihan, serta dukungan pelatihan dan edukasi untuk masyarakat dan komunitas lingkungan.
Komitmen ini sejalan dengan target pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) 2060. Menurut Bintang, PLN terus mengimplementasikan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) di setiap lini usaha. “Melalui konservasi mangrove, kami berharap tidak hanya memperbaiki lingkungan, tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar,” jelasnya.
Ketua Balaram Mangrove Heroes, Nyoman Ridet Artika Naya, mengapresiasi dukungan PLN. Ia menjelaskan, penanaman dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan, mulai Juli hingga September 2025, di lahan seluas satu hektare. Metode yang digunakan adalah media tanam berbentuk kotak kayu, di mana setiap kotak berisi 15 bibit mangrove. “Harapannya, area yang ditanami segera hijau dan sehat sehingga kelestarian hutan dapat terjaga,” ucap Ridet.
Namun, Ridet juga mengungkapkan tantangan di lapangan. Banyak kapal yang sengaja diparkir di sekitar area mangrove, bahkan ada aktivitas perbaikan kapal yang membuang limbah kimia ke laut. “Ada ratusan kapal yang diparkir, mulai dari yang masih baru hingga yang sudah tidak terpakai. Limbah perbaikannya dapat mencemari hutan mangrove,” ungkapnya.
Ridet berharap dukungan PLN dan pihak terkait terus berlanjut agar ekosistem mangrove di Nusa Pudut semakin luas dan kuat. Dengan demikian, kawasan tersebut dapat berkembang menjadi destinasi ekowisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. (ant/pr)
Discussion about this post