Balipustakanews.com, Klungkung – Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Klungkung mengimbau umat Hindu untuk menggelar upacara sederhana. Imbauan itu diberikan karena hari raya umat Hindu yang berdekatan sejak akhir Februari hingga Maret 2024.
Umat Hindu bakal merayakan Hari Raya Galungan pada Rabu (28/2) dan dilanjutkan Hari Raya Kuningan 10 hari setelahnya. Berselang dua hari dari Kuningan, umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi pada Senin (11/3).
Tak hanya itu, sejumlah umat Hindu di Bali juga bakal merayakan upacara atau piodalan Purnama Kedasa yang jatuh pada Minggu (24/3). Rentetan hari raya yang menumpuk juga diiringi dengan kenaikan harga bahan pokok seperti beras.
“Memang benar upacara rentetan terus, tapi jangan dijadikan beban, seberapa mampunya itu dilaksanakan. Saat ini semua seperti itu, apalagi informasinya semua harga naik drastis, termasuk beras dan pekerjaan juga seret,” kata Ketua PHDI Klungkung I Putu Suarta, Minggu (24/2).
Suarta sejak awal mewanti-wanti masyarakat untuk melaksanakan yadnya harus didasari rasa ikhlas, tanpa dijadikan beban besar. Menurutnya, tidak semua upacara harus dibuat besar dengan biaya tinggi.
“Jika mampu beli daging setengah kilo, beli segitu, atur itu biar cukup. Utamakan untuk sarana upacara, demikian juga dengan sarana lainnya,”pintanya.
“Umat Hindu di Bali saya rasa sadar akan apa yang harus dilakukan, karena semua yadnya dilaksanakan atas dasar keikhlasan,” tutur pensiunan Kasatpol PP Klungkung ini.
Suarta menilai masyarakat Hindu Bali saat ini terus diberikan kemudahan dalam pelaksanaan yadnya, mulai dari penyederhanaan upacara di rumah tanpa mengurangi makna dan melaksanakan berbagai yadnya massal untuk mengurangi biaya upacara.
“Dari Manusa Yadnya seperti metatah, kemudian ada Ngaben dan Ngeroras, kami di PHDI gelar secara massal. Itu untuk memudahkan umat dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk upacara,” jelasnya.
Sementara dari pantauan detikBali di Pasar Umum Galiran Klungkung, kenaikan harga barang sudah terasa, utamanya bumbu dapur, bunga, dan buah-buahan. Kenaikan paling tinggi terjadi pada komoditi cabai rawit merah.
Harga cabai rawit merah di Pasar Umum Galiran Klungkung saat ini sudah menyentuh harga Rp 100 ribu per kilogram. “Kemarin Rp 95 ribu, saat ini sudah Rp 100 ribu. Mungkin hari Senin puncaknya karena masyarakat mulai mebat (tradisi mengolah serta mempersiapkan hidangan), bisa di atas Rp 100 ribu,” kata Mangku Siki, salah satu penjual bumbu dapur.
Harga bawang merah juga sudah mengalalami kenaikan di Pasar Umum Galiran Klungkung. Harganya saat ini mencapai Rp 35 ribu dari normalnya Rp 28 ribu.
Harga buah turut mengalami kenaikan rata-rata 20 persen. Hanya pisang yang lonjakan hingga 100 persen. Buah lokal seperti salak, wani, jeruk kintamani, sawo di pasar Umum Galiran Klungkung rerata dijual Rp 20 ribu per kg.
“Kebanyakan orang beli sekarang adalah buah lokal, seperti jeruk untuk isi di haturan (sarana upacara) yang kecil-kecil. Kalau buah impor paling beli untuk di sarana upacara yang besar saja, biasanya rata-rata dari Rp 35 sampai 50 ribu perkilo buah impornya,” kata salah seorang penjual buah, Anom Ekawati.
Salah satu warga yang berbelanja di Pasar Umum Galiran Klungkung Pande Gede Suwarbawa mengakui harga-harga kebutuhan naik di tengah sejumlah hari raya Hindu yang berdekatan.
“Semua harga naik sekarang, bumbu dapur, daging, beras, buah, segalanya naik. Dana Rp 1,5 juta mungkin tidak akan cukup, tapi jika kurang sederhanakan saja,” kata Pande Bawa.
Pande Bawa merinci kebutuhan satu keluarga kecil saat Hari Raya Galungan. Berbagai kebutuhan itu seperti biaya penjor sekitar Rp 150 sampai Rp 250 ribu. Jika membeli penjor yang sudah jadi, harganya paling murah Rp 300 ribu.
Masih ada kebutuhan daging sekitar 3 kg-5 kg untuk keluarga kecil dengan kisaran harga Rp 50 ribu per kg. “Untuk daging babi saya mepatung (potong bersama) agar dapat lebih murah, kalau beli dipasar Rp 85 perkilo,” ujarnya.
Tak hanya itu, masih ada kebutuhan buah-buahan, termasuk pisang. Kebutuhan buah-buahan ini bisa menghabiskan biaya antara Rp 500 hingga Rp 600 ribu dari Sugihan sampai Nyepi.
Masih ada kebutuhan bumbu dapur sekitar Rp 150 ribu, berbagai bahan upacara Rp 300 ribu, dan juga janur bisa menghabiskan Rp 150 ribu. Belum lagi kebutuhan bunga yang pasti naik hingga tiga kali lipat.
“Itu baru yang jelas kelihatan saja, belum pernak-pernik upacara lain, tergantung orangnya. Tapi berapapun biayanya bisa diatur agar jangan sampai berutang. Tidak mampu beli daging banyak, sedikit saja cukup yang penting menutupi untuk sarana upacaranya,” jelas Bawa. (PR/DTK)
Discussion about this post