BALIPUSTAKANEWS – Pulau Bali tidak hanya memiliki tempat wisata dan seni yang indah saja, tetapi juga kaya akan tempat wisata spiritual yang penuh dengan nilai magis dan disakralkan hingga saat ini. Selain itu tempat wisata spiritual tersebut juga menyuguhkan pemandangan alam indah yang asri, seperti salah satunya adalah air terjun di desa Sebatu, tempat yang memiliki aura mistis ini disakralkan oleh warga dan dijadikan sebagai tempat atau genah untuk melukat.
Pesona alam di air terjun di desa Sebatu cukup indah dan menarik, sehingga bagi mereka pecinta wisata spiritual atau rohani dan rekreasi alam petualangan akan wajib untuk datang ke air terjun di desa Sebatu ini, tempat ini juga dikenal dengan nama pesiraman pura Dalem Pingit. Tempat ini terletak di desa Sebatu,Tegallalang, Gianyar.
Menurut Jro Mangku Adi Armika, pemangku yang ngayah di lokasi, Pasiraman Sebatu pertama kali ditemukan pada 19 November 2007 oleh tamu asing yang bermaksud menikmati keindahan alam yang tersembunyi di Desa Sebatu. Bersama guide-nya, ia tiba di sebuah air terjun yang tidak seberapa tinggi dengan aliran air yang begitu jernih dan menyegarkan. Ingin merasakan kesejukannya, ia pun mandi dan mengguyur dirinya dengan derai air terjun tersebut. Namun, betapa kagetnya ia ketika air yang tadinya jernih didapati sudah berwarna keruh seperti air rendaman beras. Ia pun ketakutan dan segera beranjak dari sana.
Barulah, ketika berita itu sampai di telinga masyarakat, para tetua desa sepakat untuk mengadakan parum (pertemuan) untuk meminta petunjuk pada yang berstana di tempat tersebut untuk mengetahui penyebab fenomena aneh itu. Selanjutnya, pada 24 November 2007, bertepatan dengan rahina (hari suci) Tumpek Landep (Sabtu Kliwon, Wuku Landep), dibuatkanlah upacara dan diketahui bahwa yang berstana di pasiraman tersebut adalah Dewi Uma dan Dewi Gangga. Sejak saat itu, mulailah dibuatkan palinggih-palinggih (tempat berstana) di areal tersebut dan Pasiraman Sebatu mulai dikenal oleh masyarakat luas.
Terdapat beberapa pantangan apabila ingin melakukan pelukatan di tempat ini. Usahakan agar tidak mengajak anak kecil yang giginya belum tanggal untuk melukat di pasiraman karena konon akan menangis terus menerus. Boleh saja jika ingin mengajak anak kecil, tetapi jangan diikutsertakan dalam penglukatan. Bagi wanita yang sedang kotor atau cuntaka (datang bulan) dan orang-orang yang tengah berkabung, dilarang untuk masuk ke areal pura dan melukat karena hal tersebut dianggap leteh atau kotor dan dapat membuat duka/marah dewa-dewi yang berstana di sana. (Sy/Google)
Discussion about this post