Begitu penting makna perayaan dari hari Raya Pagerwesi tersebut, bahkan saat perayaan tersebut di sejumlah tempat dirayakan dengan meriah seperti perayaan Hari Raya Galungan.
Tata pelaksanaan Hari Raya Pagerwesi itu mulai dari sanggah atau Merajan di pekarangan rumah, hingga ke pura-pura besar lainnya di lingkungan desa pakraman seperti pura Kahyangan Tiga. Hari Raya Pagerwesi merupakan hari Rerahinan Gumi, artinya hari raya tersebut dirayakan oleh semua umat Hindu, tapi tentunya dalam pelaksaannya tergantung dari desa (tempat), kala (waktu), patra (keadaan) setempat.
Selain menghaturkan persembahan kepada sang Hyang Pramesti Guru, saat inilah manusia melakukan yoga semadi, menyucikan diri dan mohon anugerah dan kekuatan kepada Hyang Pramesti Guru karena beliaulah guru sejati, agar bisa memagari diri dengan kesucian ilmu pengetahuan atau kekuatan yang dianugerahkan. Karena ilmu pengetahuan itulah sejatinya pager (pagar) yang sejati dan utama.
Dalem kalender Bali yang berdasarkan wuku, Hari Raya Pagerwesi punya kaitan erat dengan Hari Saraswati. Hari Raya Pagerwesi merupakan merupakan hari raya besar agama hindu paling awal (pertama) dalam penanggalan kalender Bali berdasarkan wuku atau pawukon yaitu pada wuku Shinta, sedangkan Hari Raya Saraswati jatuhnya pada wuku paling akhir pada wuku Watugunung, sehingga jarak perayaan kedua hari raya tersebut berdekatan.
Jadi dalam kalender masehi setelah Hari Raya Saraswati (hari Sabtu) maka 4 hari berikutnya tepatnya hari Rabu dilaksanakan Hari Raya Pagerwesi. Kalau dirunut sejumlah ritual juga dipersembahkan setelah hari Raya Saraswati adalah; esok harinya adalah hari Minggu dikenal dengan Banyupinaruh, hari Senin dikenal dengan Soma Ribek, kemudian Selasa adalah hari Sabuh Mas dan kemudian Rabu adalah Pagerwesi.
Hari Saraswati dikenal sebagai piodalan Sang Hyang Aji Saraswati, pada saat itu dikenal sebagai turunnya ilmu pengetahuan, sehingga bisa dikatakan hubungan antara hari Saraswati dan Pagerwesi berhubungan erat.
Discussion about this post