BALIPUSTAKANEWS – Pulau dewata kaya akan tradisi dan budayanya. Inilah salah satu daya tarik dari pulau ddewata Bali. Salah satu tradisi yang terkenal yaitu Usaba Sumbu. Krama atau warga yang ada di Desa Adat Timbrah, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem, Bali, setahun sekali tepatnya lima hari sebelum tilem sasih kasa melaksanakan usaba sumbu atau disebut usaba guling, karena setiap kepala keluarga (KK) di Desa Adat Timbrah akan membawa satu ekor guling ke pura sebagai sarana persembahyangan.
Usaba Sumbu di desa ini terbilang unik dengan Tradisi Guling Siyu yang menjadi sebuah tradisi leluhur yang diwariskan secara turun temurun. Usaba Sumbu dengan Tradisi Guling Siyu ini berasal dari kata Usaba artinya upacara, Guling artinya babi yang dipotong secara utuh, kemudian perutnya diisi bumbu tradisional dan dijarit kembali kemudian dibakar diatas bara api dengan cara diputar-putar, sedangkan Siyu berarti seribu sehingga Tradisi Guling Siyu adalah persembahan suci kehadapan Ida Sang Hyang Widhi berupa sesajen dan guling dalam jumlah ribuan oleh masyarakat Desa Timbrah.
Persembahan ini merupakan sebuah ungkapan rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) yang telah memberkahi hasil bumi yang melimpah dan menyelamatkan lahan pertanian terutama padi dapat tumbuh dengan subur. Sehingga Usaba Sumbu dengan persembahan Guling Siyu ini merupakan wujud terima kasih warga atas limpahan karunia-Nya berupa hasil bumi dan ternak yang dapat mensejahterakan masyarakatnya.
Selain sarana berupa ribuan ekor guling keunikan dalam Usaba Sumbu adalah sarana upacara berupa Sumbu yakni simbol Buana Agung (makrokosmos) dan Buana Alit (mikrokosmos). Sumbu ini dibuat oleh krama/warga Pauman yang memiliki deha (anak gadis) secara bergilir setiap tahunnya. Dalam sekali Usaba Sumbu dibuat sebanyak 5 Sumbu yang dihaturkan 3 buah di Pura Panti Kaler dan 2 buah di Pura Bale Agung. Deha yang akan membuat sumbu dipilih yang tidak cacat dan masih memiliki orangtua lengkap.
Sumbu ini dibuat mencapai tinggi 25 m yang dihiasi dengan berbagai hiasan seperti rerenteng, bungan lengkuas, reringgitan naga sari, wayang, kapal-kapalan, kedis-kedisan, jajan, sesapi nagasari, dsb. Jika dilihat dari bermacam-macam hasil bumi yang menghiasi bangunan sumbu tersebut juga memiliki makna sebagai sebuah rasa hormat, rasa terima kasih kepada Sang Pencipta.
Tradisi Usaba Sumbu atau Upacara Aci Usaba Sumbu Keloddiperuntukkan kepada Ida Bhatara Sri dan Rambut Sedana yakni dewa kemakmuran dan kesuburan. Seperti pada upacara Usaba Sumbu Kaja, pada saat upacara Aci Usaba Sumbu Kelod masyarakat juga menghaturkan sekitar 450 ekor babi guling. Pada upacara Aci Usaba Sumbu Kelod dipentaskan tari rejang oleh daha Desa Timbrah. Dalam kurun waktu seminggu masyarakat Timbrah telah mempersembahkan lebih dari 1000 ekor babi guling untuk upacara Aci Usaba Sumbu Kaja dan Aci Usaba Sumbu Kelod.
Upacara Aci Usaba Sumbu Kaja dan Aci Usaba Sumbu Keloddapat dimaknai sebagai persembahan untuk memohon amerta atau sumber kehidupan dan kemakmuran serta kesejahteraan untuk seluruh penduduk Desa Timbrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara Aci Usaba Sumbu juga merupakan emosi keagamaan yang dapat meningkatkan toleransi dan kebersamaan di kalangan masyarakat Timbrah. Upacara tahunan ini dihadiri oleh seluruh masyarakat Timbrah baik yang berada di luar desa maupun yang tinggal di desa Timbrah.
(Sy/Google)
Discussion about this post