BALIPUSTAKANEWS – Film Minari merupakan salah satu film Asia mengangkat tema keluarga, di Indonsia sendiri Film Minari ini telah tayang pada tanggal 21 April 2021. Film ini telah banyak mendapatkan pujian setelah rilis pada akhir tahun 2020 di New York. Bila kalian merasa kalau film ini terlampau biasa saja karna membicarakan soal keluarga, ya kalian benar tetapi taukah kalian kalau film Minari ini juga menyimpan sisi istimewa yang bisa bikin kalian takjub. Bahkan para sineas pun mengakui kehebatan sinematografinya. Jadi, masuk akal bila film ini mudah sekali masuk 6 nominasi Oscar.
Seperti yang sudah disebut berkali-kali, cerita film “Minari” khas Asia banget yang nggak jauh-jauh dari tema keluarga. Film ini mengisahkan keluarga Korea Selatan yang jadi imigran di Amerika Serikat
Film ini terinspirasi dari pengalaman hidup sang sutradara. Lee Isaac Chung merupakan keturunan Korea Selatan yang akhirnya menjadi warga negara Amerika Serikat. Sebagian besar plot cerita film “Minari” diambil dari ingatan-ingatan masa kecilnya. Nama film ini pun berasal dari nama sayuran herbal Korea Selatan. Minari adalah salah satu sayuran yang sering dibudidayakan oleh imigran Korsel demi bertahan hidup Amerika Serikat pada tahun 1980-an.
Kisah keluarga Asia di film ini bermula ketika Jacob Yi (Steven Yeun) dan Monica Yi (Han Ye Ri) pindah ke Arkansas. Bersama dua anaknya, mereka mencoba peruntungan baru. Alih-alih hidup di perkotaan dan bekerja di bawah perintah orang lain, Jacob Yi memutuskan untuk bertani.
Sejak awal adegan, film ini telah membeberkan sedikit gambaran konflik yang bakal terjadi. Awalnya kepindahan mereka nggak memicu masalah besar, tapi mengorbankan semua hal demi bertani nyatanya tak semudah bayangan. Apalagi setelah ibu Monica Yi (Youn Yuh Jung) diminta datang dari Korsel ke Amerika Serikat untuk menjaga dua anak mereka. Satu per satu masalah bermunculan dan terjadi secara beruntun.
Cerita film “Minari” memang sederhana dan cenderung biasa, tapi sentuhan sinematografinya apik dan akting para pemainnya bukan ‘kaleng-kaleng’ lagi
Sekilas film “Minari” mengingatkan penonton dengan dengan film “Little Forest”. Kedua film tersebut seolah memberikan nuansa yang sama. Ditambah tema ceritanya pun mirip; keluarga, bercocok tanam, kejenuhan di kota, dan harapan baru—walaupun sebenarnya alur cerita film “Minari” sedikit lebih berat dan kompleks.
Mengambil latar tahun 1980-an di negeri Paman Sam, film ini berhasil memukau penonton dengan sinematografinya. Berbeda dengan film-film Hollywood dengan sentuhan sinematik yang kadang berlebihan, film ini justru memberikan tontonan yang menyegarkan mata yang sesuai porsinya. Penonton akan disuguhkan adegan tiap adegan dengan latar pemandangan alam dan kota yang estetik. Keunggulan lainnya, film ini bertabur bintang dengan kemampuan akting yang jempolan. Aktor senior Youn Yuh Jung mampu memerankan karakter nenek dengan sangat baik. Berkat dia dan karakternya, film ini nggak melulu sedih, tapi juga lucu.
Meskipun menyelipkan narasi soal budaya Asia dan mengambil tema dekat dengan realitas, film “Minari” dinilai luput soal rasisme yang menimpa imigran Asia di Amerika Serikat
Walaupun tema keluarga mendominasi jalan cerita, film “Minari” bisa dibilang sukses menaruh beberapa narasi soal budaya Asia di beberapa adegannya. Penonton akan menemukan bumbu-bumbu mistik yang masih lekat dalam budaya Asia dalam film ini. Lee Isaac Chung bahkan sengaja menonjolkan karakter tiap tokohnya untuk menggambarkan perbedaan pola pikir orang Asia yang masih dianggap kolot dan orang Amerika Serikat yang dinilai lebih modern.
Sayangnya, film ini seolah lupa dengan kenyataan lainnya yang cukup krusial. Ketika menampilkan potret kehidupan keluarga Asia di Amerika Serikat, isu rasisme nggak bisa diabaikan begitu aja. Apalagi riwayat rasisme di sana bikin kehidupan keluarga Asia tak sesederhana di benak orang atau mungkin menjadi kian rumit. Namun, celah kekurangan film ini masih bisa ditoleransi karena didesain fokus pada hubungan personal dalam sebuah keluarga.
Bagi sebagian orang, jalan cerita film ini mungkin lambat. Kalau kamu tipe yang suka nonton film menegangkan dan penuh intrik, film “Minari” sepertinya bukan pilihan karena akan terasa membosankan. Kamu mungkin menguap di sepanjang penayangan film. Kalau kamu menyukai film yang simpel, indah, dan hangat, disarankan segera menonton film ini. (CF/Google)
Discussion about this post