Jenis-Jenis Banten Segehan
1. Segehan Kepel Putih
Segehan kepel putih ini yaitu segehan yang paling sederhana dan biasanya seringkali di haturkan setiap hari.
2. Segehan Putih Kuning
Sama mirip segehan putih, hanya saja salah satu nasinya diganti menjadi warna kuning.
biasanya segehan putih kuning ini di haturkan di bawah pelinggih
3. Segehan Kepel Warna Lima (Manca Warna)
Sama mirip segehan kepel putih, hanya saja warna nasinya menjadi 5, yaitu putih, merah, kuning, hitam dan brumbun. Dan penempatan warna mempunyai daerah atau posisi yang khusus sebagi pola ;
- Warna Hitam menempati posisi Utara.
- Warna Putih menempati posisi Timur.
- Warna merah menempati posis selatan.
- Warna kuning menempati posisi Barat.
- Sedangkan Warna Brumbun atau kombinasi dari ke empat warna di atas menempati posisi di tengah tengah, yang mampu di katakan Brumbun tersebut sebagai Pancernya.
Segehan Manca Warna ini biasanya di letakkan pada pintu masuk pekarangan (lebuh pemedal)atau di perempatan jalan
4. Segehan Cacahan
Segehan ini sudah lebih sempurna alasannya adalah nasinya sudah dibagi menjadi lima atau delapan tempat. sebagai bantalan dipakai taledan yang berisikan tujuh atau Sembilan buah tangkih.
Kalau menggunakan 7 (tujuh) tangkih, sebagai berikut:
- 5 tangkih untuk tempat nasi yang posisinya di timur, selatan, barat, uatara dan tengah.
- 1 tangkih untuk daerah untuk lauk pauknya ialah bawang, jahe dan garam.
- 1 tangkih lagi untuk tempat base tampel, dan beras.
- kemudian diatas disusun dengan canang genten.
- Kalau memakai 9 (sembilan) tangkih,sebagai berikut:
- 9 tangkih untuk kawasan nasi yang posisinya di mengikuti arah mata angin.
- 1 tangkih untuk kawasan untuk lauk pauknya adalah bawang, jahe dan garam.
- 1 tangkih lagi untuk kawasan base tampel, dan beras.
- lalu diatas disusun dengan canang genten.
- Keempat jenis segehan diatas mampu dipergunakan setiap kajeng kliwon atau pada ketika upacara–upacara kecil, artinya dibebaskan penggunaanya sesuai dengan kemampuan.
5. Segehan Agung
Merupakan tingkat segehan terakhir. Segehan ini biasanya dipergunakan pada ketika upacara piodalan, penyineban Bhatara, budal dari pemelastian, serta menyertai upacara Bhuta Yadnya yang lebih besar lainnya. Adapun isi dari segehan agung ini yakni; alasnya ngiru/ngiu, ditengahnya ditempatkan daksina penggolan (kelapanya dikupas tapi belum dihaluskan dan masih berserabut), segehan sebanyak 11 tanding, mengelilingi daksina dengan posisi canangnya menghadap keluar, tetabuhan (tuak, arak, berem dan air), anak ayam yang masih kecil, sebelum bulu kencung ( ekornya belum tumbuh bulu yang panjang) serta api takep (api yang dibentuk dengan serabut kelapa yang dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk tanda + atau tampak dara).
Adapun tata cara ketika menghaturkan segehan yaitu pertama menghaturkan segehannya dulu yang berdampingan dengan api takep, lalu buah kelapanya dipecah menjadi lima, diletakkan mengikuti arah mata angin, kemudian anak ayam diputuskan lehernya sehingga darahnya menciprat keluar dan dioleskan pada kelapa yang telah dipecahkan tadi, telor lalu dipecahkan, di”ayabin” lalu ditutup dengan tetabuhan.
Setiap menghaturkan segehan kemudian di siram dengan tetabuhan, tetabuhan ini mampu memakai air putih yang higienis, atau tuak, brem, dan arak. Dengan cara mengelilingi segehan yang di haturkan.
Discussion about this post