BALIPUSTAKANEWS – Porosan adalah sarana uapacara bagi keagamaan hindu yang terdiri dari daun sirih, kapur & jambe (gambir) yang melambangkan tri-premana yaitu Bayu (pikiran),Sabda (perkataan) dan Idep (perbuatan). Menurut salah satu sumber mengatakan bahwa Ketiganya membuat tubuh yang bernyawa dapat melakukan aktivitas. Porosan juga melambangkan Trimurti, yaitu Siwa (kapur), Wisnu (sirih), dan Brahma (gambir). Porosan mempunyai makna bahwa setiap umat harus mempunyai hati (poros) penuh cinta dan welas asih serta rasa syukur yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Menurut petikan lontar Mpu Lutuk Alit tentang porosan: “Nihan kramaning angawe porosan lwirnya: sedah (sirih), jambe (pinang), pamor (kapur), mwang gambir. Yan tan hana gambir, jambe wenang juga. Porosan pinaka untenging sahananing canang, sahananing banten. Yan tan hana porosan tan canang tan banten ngaraniya, nihan kautaman porosan ngaran”.
Artinya:
Ini caranya membuat porosan, terdiri dari: daun sirih, buah pinang, kapur, dan gambir, jika tidak ada gambir cukuplah buah pinang. Porosan adalah inti dari canang, inti dari banten. Kalau tanpa porosan bukan canang namanya bukan banten namanya, demikianlah keuatamaan porosan.
Berbagai Bentuk dan Penggunaan Porosan:
1. Tampelan atau Base Tampelan
Dibuat dari dua lembar daun sirih, satu lembar berfungsi sebagai alas dan satu lembar lagi diatasnya diisi sedikit pinang dan kapur, kemudian dilipat turun dan naik lalu dijeprit dengan semat. Tampelan ini dipergunakan dalam tetandingan banten Canang Sari, Penyeneng, Peras , segehan dan sejenisnya.
2. Lekesan
Dibuat dari dua lembar daun sirih, masing-masing diisi kapur dan gambir lalu diikat dengan benang, sedangkan pinang dan tembakaunya dialasi dengan kojong tersendiri diletakan disebelahnya. Biasanya digunakan dalam Canang Pengraos, Nasi Bira, Nasi Wong-Wongan.
3. Base Tubungan
Dibuat dari empat lembar daun sirih, dijadikan dua bagian masing-masing diisi pinang dan kapur, kemudian digulung dijadikan satu lalu dimasukan pada sebuah kojong yang juga dibuat selembar sirih. Penggunaannya sebagai pelengkap tatandingan Canang Tubungan, Canang Oyodan dan Tandingan Catur.
4. Base Tulak
Sarananya sama dengan base tubungan, hanya saja sebelum dimasukan pada sebuah kojong , meletakan sirihnya bolak-balik, sehingga kelihatannya tidak merata. Penggunaan base tulak sebagai pelengkap dalam tetandingan Banten Byakala atau Byakaon.
5. Porosan Silih Asih
Bahannya sama dengan porosan biasa. Hanya saja satu digulung bagian dalamnya dan satu bagian luarnya. Sebagai simbol Purusa-Pradana. Biasanya digunakan pada Kuangen, Daksina Linggih, Pedagingan, Banten Pawiwahan, Panten Pawintenan, Banten Mepandes. (CF/Google)
Discussion about this post