BALIPUSTAKANEWS – Industri pariwisata merupakan nadi perekonomian Bali. Munculnya badai pandemi jelas mengguncang primadona ekonomi Bali. Penutupan penerbangan dari dan ke Tiongkok sejak 5 Februari 2020 menjadi salah satu catatan pahit dampak awal pandemi terhadap kinerja industri pariwisata Bali di tahun 2020.
Penerbangan dari dan ke Tiongkok dibatasi sebagai upaya penyebaran wabah virus Corona. Beberapa saat kemudian, kebijakan penjarakan sosial juga mengakibatkan terbatasnya mobilitas penduduk termasuk dalam cakupan wilayah domestik. Dengan demikian industri pariwisata pun menjadi yang pertama terdampak oleh pandemi Covid-19. Wisatawan merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari industri pariwisata.
Artinya tanpa adanya wisatawan, industri pariwisata tidak akan berjalan karena wisatawan merupakan penggerak performa industri pariwisata. Berita pandemi tentu bukan kabar gembira bagi perekonomian Bali.
Peranan industri pariwisata sangat strategis bagi struktur perekonomian Bali. Pada triwulan I 2020 tercatat porsi yang disumbangkan oleh kategori lapangan usaha penyedia akomodasi makanan dan minuman sebesar 21,81persen. Situasi ini nampaknya belum membaik pada triwulan II 2020 karena meskipun kontribusinya mencapai sebesar 17,27 persen pertumbuhannya justru mengalami kontraksi sedalam 33,10 persen.
Pemerintah pun telah menyiapkan beberapa rencana pemulihan pariwisata Bali dengan berbagai skema strategi yang tentunya tetap berpedoman pada protokol kesehatan. Meskipun masih babak belur akibat gempuran badai pandemi yang belum usai, pertaruhan masa depan pariwisata Bali mulai ditempa dengan adaptasi kebiasan baru sejak 9 Juli 2020 dengan sasaran pasar domestik dan per 31 Juli 2020 mulai dibuka untuk wisatawan domestik.
The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memberikan batasan mengenai wisatawan domestik atau yang lebih populer dengan wisatawan nusantara sebagai seseorang yang mengunjungi suatu tempat minimal 24 jam disebut sebagai turis, jika untuk jangka waktu yang lebih singkat, misalnya di bawah 24 jam, dia dihitung sebagai pelancong.
Batasan mengenai definisi wisatawan domestik menurut World Trade Organization (WTO) yang telah diperbarui pada tahun 1983 dimana wisatawan adalah setiap orang, tanpa memandang kewarganegaraan, penduduk suatu negara tidak lebih dari satu tahun dan yang tujuan utama kunjungannya adalah selain pekerjaan yang berasal dari dalam negeri dan tempat yang dikunjungi. Perkembangan industri pariwisata Bali saat tentu sangat berharap dari kunjungan wisatawan domestik sebagai tumpuan asa penyangga di ambang jurang pandemi.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali melaporkan jumlah penerbangan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai meningkat hingga 163,04 persen dibandingkan catatan pada bulan Mei 2020. Penerbangan pada bulan Juni 2020 tercatat sebanyak 242 penerbangan sementara pada bulan Mei 2020 dilaporkan hanya sebanyak 92 penerbangan. Peningkatan jumlah penerbangan dapat dinilai sebagai sinyal positif wisatawan domestik bagi perekonomian Bali yang melesu sejak beberapa bulan lalu akibat pandemi.
Selain itu, momentum ini juga tepat sebagai pijakan ekonomi Bali bahkan sebelum diresmikannya adaptasi kebiasaan baru bagi wisatawan lokal dan domestik yang ditetapkan pada bulan Juli 2020.
Optimisme lepas landas perekonomian Bali dari jurang pandemi tidak hanya ditunjukkan dari jumlah penerbangan domestik namun juga jumlah penumpang yang meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan pada bulan Mei 2020. Sebanyak 11.403 orang penumpang tercatat berangkat dari Bandara Ngurah Rai pada bulan Juni 2020.
Jumlah tersebut naik sangat signifikan dari bulan Mei 2020 yang hanya mencapai 2.545 orang penumpang dari tempat yang sama. Secara persentase dapat disimpulkan bahwa geliat penumpang angkutan udara domestik hingga 348,06 persen selama bulan Juni 2020. Artinya, peluang peningkatan wisatawan domestik pun mulai nampak dan terpampang nyata.
Ditinjau dari sepuluh tujuan utama penerbangan domestik, penerbangan domestik dengan tujuan Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta menjadi tujuan penerbangan terbanyak hingga 132 penerbangan dengan total penumpang mencapai 7.538 orang. Selain tujuan Bandara Soekarno-Hatta, daerah tujuan utama penerbangan domestik lainnya dari Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali pada Juni 2020 adalah Bandara Juanda di Surabaya (32 penerbangan), Bandara Eltari di Kupang (14 penerbangan), Bandara Sultan Hasanuddin di Ujung Pandang (13 penerbangan), Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta (12 penerbangan), Bandara Tambolaka (10 penerbangan), Bandara Zainuddin Abdul Madjid di Lombok Praya (8 penerbangan), Bandara Yogyakarta di Kulon Progo (7 penerbangan), dan tujuan lainnya sebanyak 14 penerbangan.
Discussion about this post