Balipustakanews.com, Denpasar – Bali mencatat inflasi month to month sebesar 0,40 persen pada November 2025. Kepala BPS Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan, menilai kenaikan tersebut masih dalam batas yang aman. Ia menyebut, “Kalau melihat tren historis, November selama empat tahun terakhir memang cenderung mengalami inflasi. Bahkan pada 2025, meski ada tekanan dari Hari Raya Galungan dan Kuningan, inflasinya relatif rendah.”
Agus menjelaskan bahwa dua kelompok pengeluaran menjadi motor utama inflasi bulan tersebut. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau naik 0,75 persen dan menyumbang 0,24 persen. Sementara kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya meningkat 1,42 persen dengan andil 0,14 persen.
Dari komoditas, bawang merah tercatat memberi sumbangan inflasi 0,08 persen, diikuti daging babi 0,06 persen, serta wortel 0,03 persen. Agus menyoroti bahwa perkembangan harga wortel kali ini tidak mengikuti pola biasanya.
Menurutnya, “Wortel umumnya naik ketika pasokan menipis saat musim hujan, biasanya Desember sampai Februari. Namun pada 2025, sejak September wortel sudah mengalami inflasi.” Ia menjelaskan kenaikan tersebut berkaitan dengan meningkatnya permintaan dari SPPG untuk memenuhi kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang membuat penyerapan bahan baku sayuran semakin besar.
“Permintaannya meningkat, dan saya rasa ini peluang bagi petani untuk memperbesar produksi karena ada insentif harga,” ujarnya. Agus juga mencontohkan bahwa SPPG di Bangli mampu memenuhi pasokan hingga Denpasar dan Gianyar jika kebutuhan meningkat. “Artinya, petani punya peluang untuk lebih sejahtera kalau dikaitkan dengan kondisi pertanian,” tambahnya.
Di sisi lain, beberapa komoditas justru menahan laju inflasi Bali. Daging ayam ras mencatat deflasi 0,10 persen, sementara beras memberi andil deflasi 0,04 persen.
Secara keseluruhan, inflasi tahun kalender Bali pada November 2025 mencapai 2,20 persen, sedangkan inflasi year to year berada di level 2,51 persen. (*/prn)




