BALIPUSTAKANEWS – Turis kembali berulah dengan memberi makan anggur pada iguana batu di pulau-pulau terpencil di Bahama. Kebiasaan ini membuat hewan-hewan tersebut mengidap gula darah tinggi, menurut para peneliti, lapor SCMP, Kamis (5/5/2022).
Iguana batu Bahama yang hidup di Kepulauan Exuma begitu terpikat pada suguhan yang lezat, sehingga mereka bergegas ke pantai ketika mendengar perahu mendekat. “Untuk operator tur, ini adalah cara luar biasa untuk memastikan turis dapat melihat hewan-hewan ini dan orang-orang akan memiliki interaksi yang dekat,” kata Charles Knapp dari Akuarium John G Shedd di AS.
Konservasionis mulai khawatir bahwa buah tidak berasal dari pulau, yang disuapi ke iguana di ujung tusuk kayu, membuat kadal besar kurang waspada terhadap manusia. Juga, berpotensi rentan terhadap penyelundup untuk perdagangan hewan peliharaan.
Tapi, mereka yang terlibat erat dengan makhluk-makhluk itu mulai curiga bahwa makanan itu menyebabkan lebih banyak kerugian. Petunjuknya ada di kotoran mereka.
Kotoran seekor iguana batu Bahama Utara, yang seharusnya memakan daun dan tanaman buah secara alami, oleh ilmuwan Susannah French, dari Utah State University, disamakan dengan “cerutu Kuba.” Ekskresi dari mereka yang telah mengembangkan rasa untuk anggur turis adalah kotoran berair. Temuan itu mendorong para peneliti untuk mencari tahu dampak dari diet penuh gula ini pada tubuh iguana.
erjuang Mengatur Kadar Glukosa
Studi mereka, yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Biology, pertama kali melihat di laboratorium pada efek diet tinggi glukosa pada iguana hijau biasa. “Kami pada dasarnya dapat mengirimkan glukosa dari waktu ke waktu untuk meniru jenis asupan yang didapat iguana ini di lapangan,” kata French.
Mereka menemukan bahwa hewan-hewan ini berjuang mengatur kadar glukosa darah mereka. Selanjutnya, para peneliti melakukan perjalanan ke Bahama dan mengumpulkan data dari total 48 iguana di empat pulau, setengah dari populasi yang sering dikunjungi wisatawan dan setengah lainnya dari singkapan yang lebih terlindung dan terpencil.
Setiap iguana diberi makan makanan glukosa dan peneliti kemudian memantau gula darah mereka selama hampir satu hari. Peneliti menemukan bahwa mereka yang berada di pulau-pulau yang dikunjungi turis memiliki tingkat glukosa tertinggi, dengan beberapa tetap tinggi selama berjam-jam.
Sementara, iguana yang tidak pernah melihat manusia mengalami peningkatan glukosa pada tingkat lebih lambat dan kembali normal lebih cepat.
Pengembangan Taktik
Para peneliti menyimpulkan bahwa pola makan manis memengaruhi iguana secara fisik. Namun, mereka belum tahu bagaimana hal itu berdampak pada kesehatan hewan tersebut. “Pada spesies lain, ini akan jadi patologi. Kami akan mengatakan ya ini diabetes jika itu tikus atau manusia,” kata French.
Ia menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut akan menyelidiki berbagai efek kesehatan potensial, dari dampak kekebalan hingga reproduksi. Para peneliti juga melihat bagaimana hewan itu kehilangan nafsu makan pada tanaman lokal yang pada akhirnya dapat mempengaruhi lingkungan yang lebih luas di pulau-pulau.
Iguana bukanlah satu-satunya spesies yang terpengaruh turis bermaksud baik yang mengemas “makanan ringan yang tidak pantas.” Pada 2018, peneliti menemukan penyu hijau yang diberi makan wisatawan di Kepulauan Canary memiliki penanda dalam darah terkait konsumsi protein dan lemak yang tinggi.
Konservasionis mengakui pentingnya pariwisata untuk Bahama dan mengatakan operator tur telah menunjukkan kesediaan mengembangkan taktik mereka, beralih dari roti ke anggur, untuk menghindari merugikan iguana.
(Lp/Google)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2706312/original/037484900_1547711673-iguana-2039719_960_720.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1732843/original/064187900_1507451315-20171006-Pulau-Monyet-di-Puerto-Rico-AP-7.jpg)





Discussion about this post