Mengenai temanya, Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini menjelaskan Tema Bulan Bung Karno Provinsi Bali tahun ini yakni, Wana Kerthi : Taru Prana Bhuwana (Pohon sebagai Nafas Bumi). Tema ini menjadi wahana bagi penyebarluasan, internalisasi serta pelaksanaan Pancasila serta ajaran-ajaran Bung Karno secara nyata dalam upaya pelindungan dan pelestarian alam semesta. Sehingga ‘politik green’, politik yang pro-alam lestari, dengan pemanfaatan sepenuhnya energi terbarukan, energi ramah lingkungan, termasuk pola pembangunan yang senantiasa selaras dalam menjaga kesucian dan kelestarian hutan, keragaman hayati, serta ruang hijau, menjadi tekad dan ikrar ideologis bersama.
“Tidak boleh gentar, lemah, dan putus asa, betapapun tantangan dan godaan hadir untuk membelokkan cita-cita ini, Kita harus tetap tegak demi kelangsungan harmoni alam, manusia, dan kebudayaan Bali,” tegas Gubernur Bali jebolan ITB ini.
Wayan Koster dihadapan peserta yang hadir meyakinkan, bahwa alam, hutan, tetumbuhan, dengan segala kekayaan hayati tidak saja menjadi sumber kehidupan, kesejahteraan, dan pengobatan, tetapi juga sumber inspirasi untuk menata kehidupan sosial dan peradaban.
Seperti Bung Karno melakukan perenungan dan merumuskan Pancasila sedari melihat, menatap, dan memasuki desa-desa di Indonesia, termasuk kala Bung Karno di pengungsian di Ende, Nusa Tenggara Timur. Bung Karno merenung di bawah pohon sukun, dan melihat energi supranatural bekerjanya Tri Murti pada dedaunan, pohon, dan dahan Sukun.
“Begitulah harmoni tokoh besar Bangsa ini dengan semesta raya,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini.
Energi yang dipancarkan oleh alam adalah energi kehidupan dan keindahan bagi manusia. Karena itu, pilihan tema Wana Kerthi menjadi kontekstual dan selaras, terlebih pada situasi pandemi Covid-19, yang mana kembali ke alam, hutan, dan tetumbuhan sebagai sumber usadha-pengobatan.
“Bagaimana pun penghormatan paling utama kepada Bung Karno adalah meneladani dan melaksanakan ide, pemikiran, gagasan, dan cita-citanya untuk Indonesia Raya. Saya berharap seluruh lapisan masyarakat Bali, terutama generasi muda mari dengan suka cita memikul tanggungjawab ideologis ini,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Jembrana, Nengah Tamba dalam sambutannya mengatakan Kami menyambut baik arahan Bapak Gubernur Bali untuk memperingati Bulan Bung Karno III. “Bapak Ibu, adik adik generasi muda harus tahu bahwa Bulan Bung Karno itu ada, atas inisiatif dari pemikiran Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster,” cerita Bupati Jembrana.
Guna mengimplementasikan ajaran Bung Karno, Nengah Tamba dalam sambutannya melaporkan kepada Gubernur Bali bahwa ia sedang menjalankan ajaran Trisakti Bung Karno di masa kepemimpinannya sebagai Bupati Jembrana.
“Pertama, untuk berdaulat secara politik, Saya tidak ikut campur tentang pemilihan Sekretaris Daerah Kabupaten Jembrana, Saya biarkan berjalan normatif dan tidak ada intervensi sama sekali,” lapornya.
Kemudian untuk mewujudkan berdikari di bidang ekonomi, Kami sudah mengcreate UMKM agar bisa maju dan tumbuh. Kami banyak punya produk, tetapi kami belum mampu memasarkannya ke luar Jembrana. “Untuk itu, Kami sudah coba melalui digital marketing dan sudah deklrasikan Jembrana sebagai Kabupaten Kreatif,” jelasnya.
Di bidang kepribadian dalam kebudayaan, Nengah Tamba mengklaim bahwa kebudayaan di Jembrana tidak ada tandingnya di Kabupaten lain bahkan di dunia. “Kami punya jegog, makepung, jadi Negaroa ini hebat Bapak Gubernur,” pungkasnya. (CF/HpB)
Discussion about this post