BALIPUSTAKANEWS – Google membuat sistem peringatan gempa bumi dengan memanfaatkan ponsel Android. Google meluncurkan sistem peringatan gempa itu kemarin (12/8).
Google akan menjadikan akselerometer di ponsel Android sebagai sumber data untuk algoritma pendeteksi gempa bumi. Nantinya, sistem tersebut akan secara otomatis mengirimkan peringatan kepada orang-orang yang mungkin terkena dampak.
Sistem peringatan gempa bumi ini bakal menjadi jejaring peringatan gempa bumi dunia. Namun, saat ini sistem itu baru diuji di California, Amerika Serikat.
Pengguna yang berminat bisa ikut dalam uji coba ini. Jika pengguna setuju menjadi relawan, maka akselerometer di ponsel Anda akan menjadi salah satu poin data untuk mendeteksi gempa.
Sistem ini menunjukkan bahwa ponsel cerdas dapat digunakan untuk sesuatu yang lebih penting daripada sekedar alat komunikasi.
Selain itu sistem ini juga bisa dijalankan dengan memanfaatkan kekuatan Google: pengguna Android yang sangat banyak di seluruh dunia. Selain itu sistem ini juga didukung dengan kecerasan algoritma mengolah big data.
Dalam menjalankan sistem itu, Google mengaku berkolaborasi dengan otoritas Geologi AS dan Kantor Layanan Darurat California untuk mengirimkan peringatan gempa bumi kepada pengguna Android di negara bagian tersebut.
Peringatan tersebut dihasilkan oleh sistem ShakeAlert milik pemerintah setempat. Sistem peringatan ini menggunakan data dari seismometer tradisional.
“Akan sangat bagus jika ada sistem berbasis seismometer di mana-mana yang dapat mendeteksi gempa bumi,” kata Marc Stogaitis, insinyur perangkat lunak Android di Google, seperti dikutip The Verge.
Namun, “hal itu tak terlalu praktis dan sulit meraih seluruh dunia, karena seismograf sangat mahal. Alat itu juga perlu dirawat berkala. Selain itu Anda juga perlu menempatkan banyak seismograf untuk bisa menyediakan sistem peringatan dini gempa bumi.”
Pada tahap kedua, Google akan mengonfirmasi gempa kepada pengguna. Google akan menampilkan hasil deteksi gempa yang dideteksi ponsel Android di laman pencarian Google.
Idealnya, Google berharap pengguna membuka laman pencarian Google ketika mereka merasakan gempa. Saat laman pencarian dibuka, pengguna akan diberikan pertanyaan, apakah mereka merasakan gempa atau tidak.
Ketika Google sudah mendapatkan data gempa dari sensor akselerometer Android (tahap 1), mendapat konfirmasi dari pengguna (tahap 2), maka pada tahap 3 Google akan mengirimkan peringatan gempa ke pengguna di wilayah itu.
Tahap terakhir, akan dilakukan setelah Google punya data yang cukup dari pengguna untuk meyakinkan akurasi data pada sistem.
Peringatan gempa bumi ini akan dikirim kepada pengguna Android yang tinggal di daerah yang tidak memiliki sistem peringatan berbasis seismometer.
Melansir New Atlas, data akselerometer dari satu ponsel mungkin tidak berarti banyak, tetapi pola aktivitas di ribuan handset di area tertentu dapat dipantau secara real time untuk mendapatkan gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan.
Akselerometer ponsel juga dinilai tidak akan seakurat jaringan seismometer, tetapi tersebar di seluruh dunia dan dapat memberikan informasi yang cukup untuk memberi informasi awal.
Discussion about this post