• Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Profile
  • Pedoman Siber
  • Redaksi
  • Kontak
Selasa, Oktober 14, 2025
Balipustakanews
  • Home
  • News
  • Bali
  • Teknologi
  • Ekbis
  • Health
  • Hiburan
  • Seni & Budaya
  • Lifestyle
  • Seksologi
  • Zodiak
  • Opini
  • Review
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Bali
  • Teknologi
  • Ekbis
  • Health
  • Hiburan
  • Seni & Budaya
  • Lifestyle
  • Seksologi
  • Zodiak
  • Opini
  • Review
No Result
View All Result
Balipustakanews
Home Bali

Genggong, Instrumen Tradisional Bali yang Telah Ada Sejak Abad ke-11

reda/cy by reda/cy
Juli 19, 2025
in Bali, Gianyar, News, Seni & Budaya
Genggong, Instrumen Tradisional Bali yang Telah Ada Sejak Abad ke-11
Share Share Share

ArtikelTerhubung

Putusan Banding Menegaskan Hukuman 15 Tahun bagi ASN Pelaku Asusila di Jembrana

Putusan Banding Menegaskan Hukuman 15 Tahun bagi ASN Pelaku Asusila di Jembrana

Oktober 13, 2025
BMKG Peringatkan Suhu Panas dan Hujan Berpotensi Terjadi di Beberapa Wilayah

BMKG Peringatkan Suhu Panas dan Hujan Berpotensi Terjadi di Beberapa Wilayah

Oktober 13, 2025
Balipustakanews.com, Gianyar – Genggong adalah salah satu alat musik tradisional Bali yang kini mulai dilupakan, khususnya oleh generasi muda. Meskipun popularitasnya tidak sebanding dengan alat musik tradisional lain seperti rindik, suling, atau ceng-ceng, genggong sebenarnya memiliki nilai sejarah tinggi karena sudah dikenal sejak abad ke-11.
I Nyoman Suwida, seorang seniman genggong dari Desa Batuan, Sukawati, Gianyar, menyampaikan bahwa alat musik ini diperkirakan mulai berkembang di desanya sekitar tahun 1970-an. Sejak saat itu, genggong mulai dikombinasikan dengan alat musik lain, dimulai dari kolaborasinya dengan seruling. Di daerah asalnya, genggong kerap dimainkan bersama musik tradisional geguntangan.
“Genggong adalah alat musik yang dimainkan secara individu, tidak dalam bentuk ansambel. Dulu, alat ini kerap dimainkan sambil menunggu pekerjaan di sawah, bahkan kadang digunakan di pura atau banjar, termasuk untuk menarik perhatian lawan jenis,” ungkap Suwida, Sabtu (19/7).
Menurut pria yang kini berusia 50 tahun tersebut, dahulu seseorang yang pandai bermain musik, termasuk genggong, cenderung lebih disukai oleh perempuan. Hampir setiap desa di Bali, katanya, memiliki tradisi memainkan alat musik ini.
Masa keemasan genggong terjadi di era 1990-an saat pariwisata Bali berada di puncaknya. Kala itu, banyak seniman genggong diberi kesempatan tampil di hotel dan vila. Suwida sendiri mulai belajar pada 1980-an, dan tak lama kemudian sudah diajak tampil bersama sanggar seni meskipun belum mahir. Tahun 2006, ia bahkan diundang tampil di Jew’s Harp Festival di Amsterdam, Belanda.
Namun, kejayaan genggong mulai meredup setelah peristiwa Bom Bali II. Kini, hanya segelintir pemain genggong yang masih aktif. Melihat kondisi ini, Suwida berinisiatif melestarikan alat musik tersebut melalui sanggar seni bernama “Genggong 8”, tempat anak-anak dan remaja belajar alat musik tradisional, termasuk genggong. Angka 8 sendiri dipilih sebagai simbol keberlangsungan yang tak terputus.
Anggota sanggar berasal dari berbagai usia, bahkan ada yang masih duduk di bangku kelas 6 SD. Mereka memainkan genggong dengan cara menghembuskan napas (bukan meniup) sambil menarik tuas dari bambu, mengikuti sistem notasi gamelan Bali seperti ding, dong, deng, dung, dan dang.
“Setelah tampil di festival itu, saya sadar bahwa genggong bisa dikenal hingga mancanegara. Kalau bukan kami yang mengenalkan alat musik ini ke generasi muda, siapa lagi? Saya mulai dari anak-anak sekitar sini, bahkan saya kasih genggong secara cuma-cuma agar mereka penasaran,” jelasnya.
Kini, genggong tidak hanya digunakan dalam upacara adat, tapi juga tampil dalam pertunjukan musik kontemporer. Suwida kerap berkolaborasi dengan musisi jazz seperti Balawan. Meski alat musik lain menggunakan notasi, Suwida memainkan genggong berdasarkan perasaan dan komunikasi langsung dengan komposer.
Tak hanya jumlah pemain yang berkurang, bahan baku genggong pun semakin langka. Untuk mendapatkan pelepah aren berkualitas tinggi, Suwida bahkan harus memesannya dari Tenganan, Karangasem. Ia menyebut, hanya pelepah tua dan kering yang dapat menghasilkan suara khas yang nyaring. Proses pembuatan genggong pun dilakukan sendiri olehnya dengan penuh ketekunan. (dtk/ap)
ShareSendTweet
Next Post
Sebanyak 57.350 Hewan Penular Rabies di Denpasar Telah Divaksinasi

Sebanyak 57.350 Hewan Penular Rabies di Denpasar Telah Divaksinasi

Discussion about this post

Putusan Banding Menegaskan Hukuman 15 Tahun bagi ASN Pelaku Asusila di Jembrana
Bali

Putusan Banding Menegaskan Hukuman 15 Tahun bagi ASN Pelaku Asusila di Jembrana

by reda/cy
Oktober 13, 2025
0

Balipustakanews.com, Jembrana - Pengadilan Tinggi (PT) Denpasar menolak banding yang diajukan oleh IKH (49), seorang pegawai negeri sipil (PNS) asal...

Read more
BMKG Peringatkan Suhu Panas dan Hujan Berpotensi Terjadi di Beberapa Wilayah
Bali

BMKG Peringatkan Suhu Panas dan Hujan Berpotensi Terjadi di Beberapa Wilayah

Oktober 13, 2025
Perdes dan Perarem Jadi Pondasi, Tabanan Mantapkan Gerakan Kelola Sampah dari Sumber
Bali

Perdes dan Perarem Jadi Pondasi, Tabanan Mantapkan Gerakan Kelola Sampah dari Sumber

Oktober 13, 2025
Balipustakanews

Berita Online Bali Terkini & Terpercaya Berita Ekonomi, Bisnis, Wisata, Budaya Bali, Politik, Teknologi, Hukum, Kriminal, Pendidikan di Bali, Nasional & Dunia

Follow Us

Kategori Berita

  • Apps
  • Arak Bali
  • Automotive
  • Badung
  • Bahan Pokok
  • Bali
  • Bangli
  • Bawaslu badung
  • Bisnis
  • Buleleng
  • COK ACE
  • Covid 19
  • Denpasar
  • Edukasi
  • Ekbis
  • Fashion
  • FIFA-U20
  • Film
  • Gadget
  • Gaming
  • Gianyar
  • Gubernur Bali
  • Hari Pahlawan
  • Health
  • Health
  • Hiburan
  • Hukrim
  • I Gusti Ngurah Rai
  • Investasi dan Perekonomian Bali
  • Jakarta
  • Jembrana
  • Jepang
  • Karangasem
  • Kawasan Pura Besakih
  • KBLBB
  • KDRT
  • Kebakaran TPA
  • Kios Pedagang
  • Klungkung
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Liga Kampung
  • Mangupura
  • Margarana
  • Medan
  • Musik
  • Nasional
  • News
  • Ngayah
  • Ny putri koster
  • Opini
  • Pahlawan
  • Paritrana Award 2023
  • Pemilu
  • Pemilu 2024
  • Pemprov Bali
  • Penanganan Sampah
  • Pendidikan
  • Pengolahan Sampah
  • Perda Provinsi Bali
  • Perkemahan Pramuka
  • Perlindungan Anak
  • Pilpres 2024
  • Pj Gubernur Bali
  • Politik
  • Posyandu
  • Pramuka
  • Presiden RI
  • Program Pengelolaan sampah berbasis sumber
  • Pulau Samosir
  • Pura Agung Besakih
  • Review
  • Seksologi
  • Seni & Budaya
  • senimam
  • SP4M-LAPOR
  • Sports
  • Startup
  • Stunting
  • Tabanan
  • Teknologi
  • TP PKK
  • Travel
  • U – 20
  • UMKM
  • Warisan Leluhur
  • World
  • Zodiak

Berita Terbaru

Putusan Banding Menegaskan Hukuman 15 Tahun bagi ASN Pelaku Asusila di Jembrana

Putusan Banding Menegaskan Hukuman 15 Tahun bagi ASN Pelaku Asusila di Jembrana

Oktober 13, 2025
BMKG Peringatkan Suhu Panas dan Hujan Berpotensi Terjadi di Beberapa Wilayah

BMKG Peringatkan Suhu Panas dan Hujan Berpotensi Terjadi di Beberapa Wilayah

Oktober 13, 2025
Perdes dan Perarem Jadi Pondasi, Tabanan Mantapkan Gerakan Kelola Sampah dari Sumber

Perdes dan Perarem Jadi Pondasi, Tabanan Mantapkan Gerakan Kelola Sampah dari Sumber

Oktober 13, 2025
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Profile
  • Pedoman Siber
  • Redaksi
  • Kontak

© 2020 Balipustakanews - Berita Bali Terkini & Terpercaya

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Bali
  • Teknologi
  • Ekbis
  • Health
  • Hiburan
  • Seni & Budaya
  • Lifestyle
  • Seksologi
  • Zodiak
  • Opini
  • Review

© 2020 Balipustakanews - Berita Bali Terkini & Terpercaya