BALIPUSTAKANEWS – Nyepi adalah salah satu perayaan bagi umat Hindu, dimana dirayakan setiap tahun baru Saka. Pada moment tersebut masyarakat Bali akan berlomba-lomba untuk memasak kuliner khas, salah satunya Desa Lemukih dengan sajian khas berupa Entil dan timbungan.
Masyarakat Desa Lemukih yang terletak di Kecamatan Sawan, Buleleng punya kebiasaan dalam menyajikan menu berupa entil yang disertai dengan timbungan. Masyarakat setempat pun bakal berlomba-lomba membuat timbungan sehari sebelum perayaan Nyepi oleh masyarakat Bali.
Entil dan Timbungan yang Menjadi Kuliner Spesial di Bali
Entil menjadi jenis makanan yang sebenarnya cukup banyak ditemukan saat liburan ke Bali. Entil ibaratnya adalah ketupat milik orang Bali. Hanya saja, entil menjadi jenis sajian spesial ketika perayaan Nyepi. Dalam pembuatannya, entil dibungkus dengan daun yang disebut dengan nama daun kalangedi.
Daun kalangedi memiliki ukuran yang besar sehingga membuat entil dalam jumlah cukup banyak. Penggunaan daun kalangedi tidak hanya menjadi pembungkus, tetapi juga bisa memunculkan rasa tambahan pada entil yang dimasak. Oleh karena itu, entil punya cita rasa yang beda dengan ketupat. Sebagai pelengkap, masyarakat Bali biasa menggunakan tali yang terbuat dari bambu.
Ketika entil sudah diikat, maka tahap selanjutnya adalah proses pemasakan. Cara memasak entil tidak terlalu sulit. Proses pemasakannya hanya perlu merebus entil selama kurang lebih 30 menit. Namun, Anda juga bisa merebus entil dengan waktu lebih lama sesuai dengan ukurannya.
Tahap selanjutnya adalah memasak timbungan. Di Bali, timbungan bukanlah jenis masakan, melainkan teknik memasak tradisional menggunakan bambu. Biasanya, bambu disiapkan dalam ukuran sekitar 50 sentimeter. Di dalam bambu tersebut, dimasukkan bumbu genep khas Bali, daging, serta sayuran. Sebagai penutup, biasanya dipakai daun pakis yang tua.
Jenis daging yang digunakan untuk membuat timbungan bisa sangat variatif. Anda bisa menemukan timbungan yang dibuat dengan bahan utama daging babi, daging sapi, ayam, bebek, dan lain-lain. Pemilihan jenis daging untuk lauk timbungan, berbeda-beda sesuai dengan selera orang yang memasaknya.
Ketika semua bahan sudah dimasukkan ke dalam bambu, timbungan sudah siap untuk dimasak. Cara memasak timbungan dilakukan dengan memanggang atau membakarnya di atas api kecil. Durasi pemanggangan cukup lama. Biasanya, memanggang timbungan bisa memakan waktu sekitar 1 jam.
Memasak dengan timbungan mampu memunculkan rasa tersendiri pada masakan. Apalagi, masyarakat Desa Lemukih punya cara tersendiri untuk bisa memilih jenis bambu yang tepat dipakai untuk membuat timbungan. Cara memilih bambu timbungan tersebut merupakan kemampuan yang diturunkan secara temurun oleh orang-orang tua Desa Lemukih.
Rasa dari timbungan yang menjadi lauk untuk entil biasanya berbeda antara masing-masing rumah. Hal ini bersesuaian dengan selera masing-masing. Sebagai pelengap, masyarakat Lemukih biasa menambahkan cabai yang memunculkan rasa pedas dan membuat entil jadi lebih nikmat.
Nah, itulah info mengenai keberadaan kuliner khas masyarakat Desa Lemukih di Buleleng. Keberadaan makanan tradisional ini menjadi bukti bahwa budaya Bali masih terus dijunjung. Tidak hanya itu, budaya Bali juga masih sesuai dan tidak akan tergerus oleh perkembangan zaman. (CF/Google)
Discussion about this post