Balipustakanews.com, Gianyar – Desa Keliki di Kabupaten Gianyar, yang sejak 2022 dikenal sebagai desa mandiri energi, kini menghadapi ancaman alih fungsi lahan akibat meningkatnya jumlah wisatawan yang tertarik dengan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di wilayah tersebut.
Ketua BUMDes Yowana Keliki, I Wayan Sumada, pada Rabu menyampaikan bahwa selama tiga tahun terakhir terjadi lonjakan kunjungan wisatawan hingga 200 persen. Bahkan, ketersediaan kamar di desa tak mampu lagi menampung jumlah wisatawan yang datang.
“Ini membawa dampak negatif bagi kami, salah satunya adalah maraknya alih fungsi lahan. Karena banyaknya permintaan penginapan, kini vila-vila mulai bermunculan di Desa Keliki,” ujar Sumada dalam kegiatan Jelajah Energi Bali bersama IESR.
Ia menambahkan bahwa sebelumnya tidak ada bangunan vila di tengah sawah, namun sekarang sudah mulai terlihat, bahkan ada yang baru dibangun dalam setahun terakhir.
Salah satu kawasan bahkan mendapat julukan “Kampung Prancis” karena ditempati wisatawan asal Prancis.
Desa Keliki mulai dikenal luas setelah menjadi salah satu destinasi kunjungan dalam rangkaian acara G20 dan dibina oleh Pertamina sebagai desa mandiri energi.
Saat ini, desa tersebut memiliki delapan titik pemasangan panel surya PLTS tujuh di antaranya digunakan untuk mengairi sawah seluas 20–60 hektare, dan satu PLTS atap untuk mendukung operasional mesin pengolahan sampah di TPS3R.
Desa yang menjadi penyangga kawasan Ubud ini juga menarik wisatawan dengan jalur lari berpemandangan sawah berundak (subak), menambah daya tarik wisata alam di wilayah tersebut.
Dengan makin maraknya pembangunan, upaya pengendalian alih fungsi lahan hanya bisa dilakukan melalui aturan adat atau pararem. Dalam aturan tersebut, hanya penduduk lokal yang diizinkan membangun penginapan di area sawah, dan itu pun dibatasi maksimal 30 persen dari total lahan milik mereka sisanya tetap harus menjadi sawah aktif.
Meskipun sektor pariwisata berkembang, Sumada menekankan bahwa manfaat utama PLTS di desa ini adalah untuk mendukung pertanian. Pemanfaatan energi surya di TPS3R memungkinkan pengolahan sampah organik menjadi pupuk. Hasilnya, panen padi yang sebelumnya hanya 5 ton per hektare kini meningkat menjadi 8,7 ton per hektare.
Berdasarkan data dari Institute for Essential Services Reform (IESR), seluruh PLTS yang ada di Desa Keliki memiliki kapasitas total sebesar 28 kWp, dan menjadikan desa ini sebagai contoh sukses dalam penerapan energi bersih.
Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Sisdwinugraha, mengatakan bahwa keberhasilan Desa Keliki dalam memanfaatkan energi terbarukan bisa dijadikan model yang dapat diadaptasi oleh komunitas lain, asalkan pendekatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan lokal.
Menurutnya, salah satu penerapan energi terbarukan yang paling realistis untuk direplikasi adalah PLTS atap di balai banjar, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik tetapi juga mendukung kemandirian energi masyarakat. (ant/pr)
Discussion about this post