Balipustakanews.com, Denpasar – Pemerintah Kota Denpasar, Bali, melaksanakan pengukuran serentak terhadap ribuan ibu hamil dan balita guna memvalidasi data stunting sekaligus memperkuat langkah pencegahan. Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, bersama Wakil Wali Kota I Kadek Agus Arya Wibawa, meninjau langsung kegiatan yang digelar di Banjar Tanjung, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Sabtu (8/11/2025).
Jaya Negara menyampaikan bahwa pengukuran ini menyasar seluruh balita dan ibu hamil yang tinggal di Denpasar tanpa memandang asal domisili. “Pencegahan stunting di Kota Denpasar tidak melihat asal penduduk, termasuk status KTP. Dari 10 kasus stunting di Sanur Kauh, tujuh di antaranya berasal dari luar Denpasar, namun tetap kami tangani dan pantau karena mereka tinggal di wilayah kami,” ujarnya.
Ia menegaskan Pemkot Denpasar terus berinovasi dengan pendekatan lintas sektor, salah satunya dengan memanfaatkan dana bagi hasil pajak untuk mendukung program pencegahan stunting di tingkat desa dan kelurahan. Skema ini diharapkan bisa menjadi solusi bagi anak-anak tanpa KTP Denpasar yang selama ini tidak terjangkau dana desa.
“Maka, kami berupaya agar dana bagi hasil pajak dapat menjadi solusi intervensi lintas wilayah. Komitmen kami jelas, menyelamatkan anak-anak Denpasar sebagai aset bangsa dari ancaman stunting,” kata Jaya Negara.
Dari hasil pengukuran terhadap sekitar 4.000 balita, tercatat hanya 0,2 persen yang terindikasi stunting, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 10,4 persen. “Kami ingin memastikan angka riil di lapangan agar kebijakan yang diambil benar-benar tepat sasaran,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Anak Agung Ayu Agung Candrawati, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk memastikan validitas data di lapangan. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Denpasar turun dari 10,8 persen menjadi 10,4 persen, namun data e-PPGBM menunjukkan hanya sekitar 2 persen.
“Karena itu, pengukuran serentak kami lakukan untuk memperoleh data aktual dan menyeluruh,” ujarnya. Hingga pekan kedua November 2025, dari sekitar 4.400 balita yang telah diukur, ditemukan 13 anak yang masuk kategori stunting atau sekitar 0,2 persen.
Candrawati menambahkan, kegiatan ini berlangsung selama dua minggu dengan target 20 ribu balita di seluruh Denpasar. “Setelah semua data terinput, kita akan mengetahui angka riil stunting di Kota Denpasar,” katanya. (prn)





