BALIPUSTAKANEWS – Badan Intelejen Amerika (CIA) baru-baru ini mendeklasifikasi program pengembangan pesawat intai tanpa awak alias drone yang pernah dilakukan lebih dari lima dekade silam. Program yang diberi nama Proyek Aqualine dan bertujuan memata-matai negara tertentu seperti Uni Soviet–pada masanya–ini akhirnya tak diselesaikan.
Dikutip dari laman resmi CIA, pada Rabu, 12 Agustus 2020, proyek Aqualine dimulai pada 1960-an setelah pesawat intai U-2 yang dipiloti Gary Powers ditembak jatuh di Uni Soviet pada tahun yang sama. Sejak itu, CIA menganggap pesawat intai berawak memiliki resiko yang tinggi. Selain kinerjanya juga tidak efektif karena keberadaannya mudah tertangkap radar dan hasil foto yang didapat juga kasar.
Seperti diberitakan Popular Mechanics, Aqualine sendiri didesain sebagai drone dengan amuflase bentuk burung dengan panjang 1,5 meter, lebar 2,2 meter dan berat ketika lepas landas 37,6 kilogram. Drone ini dilengkapi mesin berkekuatan 3,5 tenaga kuda dan dapat terbang dengan kecepatan 47 hingga 80 knot selama 50 jam atau sejauh 1.200 mil.
CIA pernah mengusulkan agar drone tersebut dilengkapi dengan sistem propulsi radio isotop, dimana panas yang dibuang dari isotop yang meluruh dapat diubah menjadi listrik. Dengan teknologi tersebut, Aqualine diharap dapat terbang selama 30 hari terus menerus atau menempuh 36 ribu mil jauhnya.
Tidak seperti pesawat intai dengan awak, Aqualine dapat terbang dan mengintai targetnya dengan jarak yang lebih dekat. Karenanya Aqualine dapat menghasilkan foto resolusi tinggi dan merekam sinyal elektromagnetik yang lebih kuat.
Selain itu, drone berbentuk burung ini juga didesain dapat secara diam-diam menurunkan muatan sensor di dekat situs yang ingin dipantau. Kemampuan itu sesuai dengan isi dokumen yang dideklasifikasi CIA bahwa Aqualine memiliki fungsi untuk mendukung agen mata-mata di lapangan. Itu artinya Aqualine dapat menurunkan peralatan spionase sehingga agen mata-mata tidak perlu membawa banyak peralatan dalam misinya.
CIA merancang Aqualine sebagai platform pertama dalam mengumpulkan data intelejen tanpa awak. Program tersebut memiliki misi untuk mengembangkan, mencapai, dan mempertahankan kemampuan operasional dalam melakukan pengintaian rahasia di daerah terlarang.
Tidak ada alasan jelas mengapa Aqualine kemudian dibatalkan. Namun Forbes memberitakan kalau Kepala Proyek Aqualine, John H. Meiderderck, sempat menyebut terdapat masalah pada anggaran yang disepakati. Meierderck dalam otobiografinya mengatakan bahwa anggaran $ 11 juta sudah cukup untuk proyek itu. Tapi kontraktor proyek tersebut, McDonnel Douglas, meminta harga $ 110 juta.
Meskipun si burung akhirnya dikubur, CIA mengklaim bahwa sistem yang digunakan Aqualine menjadi cikal bakal drone maupun drone tempur yang telah terbang dan beroperasi saat ini.
Discussion about this post