BALIPUSTAKANEWS – Di Bali, Dapur memiliki beberapa nama yaitu Paweregan yang berasal dari kata wareg yang berarti kenyang. Agar mampu terhindar dari rasa lapar, maka manusia harus makan, dan tempatnya adalah di dapur. Selanjutnya adalah Peratengan yang berasal dari kata matang yang artinya masak.
Dalam keyakinan umat Hindu, Dapur (paon/Puwaregan) tak hanya menjadi tempat memasak tetapi mempunyai fungsi khusus. Seperti diketahui bahwa aktivitas memasak untuk membuat olahan menjadi matang adalah di dapur, ujar Budayawan Denpasar I Gede Anom Ranuara.
Lebih lanjut kata Anom, khusus untuk kata Paon adalah sebuah istilah yang paling sering didengar. Kata ini sesungguhnya berasal dari istilah Pa Abuan yang artinya tempat abu. Tentu dengan demikian sangat mengena dengan konsep memasak masyarakat Bali zaman dahulu. Di mana sebagian besar menggunakan bungut paon atau tempat memasak yang berasal dari batu bata atau tanah liat. Di bungut paon inilah nanti abu sisa pembakaran kayu bakar akan terkumpul, sehingga dikenal dengan sebutan paon.
Selain dikenal sebagai tempat untuk memasak, dapur di Bali memiliki banyak makna, baik untuk upacara agama maupun sebagai tempat penyucian diri. Hal tersebut dikaitkan dengan Dapur sebagai Stana Dewa Brahma. Jadi, untuk memohon panglukatan kepada Dewa Brahma, masyarakat diharapkan memohon di pelangkiran dapur, ujarnya.
Dalam lontar Wariga Krimping disebutkan bahwa, Dewi Saraswati yang merupakan sakti dari Dewa Brahma sebagai dewa yang memberikan penyucian diri. Ketika seseorang mengalami sebel atau cuntaka setelah melakukan upacara Pitra Yajna, dapat memohon panglukatan kepada Dewa Brahma di pelangkiran dapur.
Selain itu, dalam lontar Dharma Kahuripan dan lontar Puja Kalapati, dijelaskan bahwa bahwa tahapan upacara matatah disebutkan, dalam rangka magumi padangan, upacara ini juga di sebut masakapan kepawon dan dilaksanakan di dapur.
Dalam pertamanan tradisional Bali berlandaskan unsur satyam, siwam, sundaram, religi dan usada, juga disebutkan bahwa tanaman untuk keperluan dapur dan tanaman obat-obatan untuk keluarga (toga) biasanya ditanam di dekat dapur. Pohon kelor (Moringaoleivera L) sebagai penangkal dan menghancurkan kekuatan negatif. Tanaman buah-buahan sebaiknya ditanam di areal ‘teba’ (tegalan) dekat dapur atau di bagian luar natah lainnya.
Discussion about this post