BALIPUSTAKANEWS – Tanya: “Dok, aku masih taat diam di rumah saja nih. Stay at home. Soalnya ngeri dan takut juga tertular virus Corona kalau ke luar rumah. Ada beberapa pertanyaan yang ingin aku tanya nih, Dok. Pertama, apakah virus Corona juga bisa menular dari hubungan seksual?
Kedua, bagaimana untuk melakukan hubungan seksual agar tertular dari virus Corona? Ketiga, apa virus Corona ini mempengaruhi kualitas reproduksi laki-laki dan perempuan? Itu dulu ya, Dok. Mohon dibahas. Terima kasih.” (Nita, 26, Semarang)
Jawab: Wah, bagus sekali jika bisa tetap berada di rumah saja ya. Karena jika semua bisa melakukan ini, atau jika terpaksa keluar rumah tetap menjaga jarak, hindari kerumunan, menggunakan masker, dan rajin cuci tangan, maka penularan virus Corona atau SARS Cov2, dengan penyakitnya yang disebut Covid-19, dapat dicegah, akhirnya kita semua segera bisa melalui masa sulit ini.
Tentang beberapa pertanyaan yang disebutkan, sebelumnya kita harus memahami dulu bahwa penularan virus ini memang sangat cepat antar orang yang positif ke orang lain melalui media droplet, atau percikan air liur yang bisa terpercik saat batuk, bersin, bahkan saat ngobrol dalam jarak dekat.
Karenanya kita sangat dianjurkan untuk jaga jarak paling tidak minimal 1-2 meter saat bertemu orang lain, dan wajib menggunakan masker. Untuk masyarakat umum cukup dengan menggunakan masker kain.
Nah, apakah bisa terjadi penularan lewat hubungan seksual, beberapa jurnal terbaru menyebutkan kalau di samping di droplet, virus SARS Cov2 ini juga terdeteksi ada antigennya dari , feses, tetapi tidak ada pada urin, juga tidak terdapat di cairan sperma dan cairan vagina.
Jadi sesungguhnya saat berhubungan seksual dan terjadi kontak kelamin sehingga terpapar perpindahan cairan sperma dan cairan vagina, tidaklah mengakibatkan penularan virus.
Lalu, bagaimana, apakah diperbolehkan untuk berhubungan seksual? Untuk suami istri atau pasangan yang tinggal serumah mesti tahu dulu apakah salah satu atau keduanya bebas dari Covid-19, itu dulu yang dipastikan.
Jika selama ini tidak pernah pergi ke daerah atau negara yang menjadi tempat penularan, juga tidak pernah kontak erat dengan seseorang yang diketahui positif mengidap Covid-19, atau bahkan tidak pernah kontak dengan orang dalam pantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP), apalagi selama ini juga dengan pasangan selalu di rumah saja, maka bisa dianggap aman untuk dapat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya.
Apalagi mungkin pernah melakukan tes pemeriksaan virus, apakah itu yang rapid test atau yang dengan swab untuk dilakukan konfirmasi PCR dan hasilnya tidak tertular virus, maka tidak masalah untuk melakukan hubungan seksual. Jika tidak yakin, silakan tetap di rumah dan tunda dulu melakukan hubungan seksual selama 14 hari, boleh lebih, untuk melewati masa inkubasi virus dan jika tidak ada muncul gejala penyakit yang mengarah Covid-19 pada kedua pihak, kemungkinan memang aman dari tertular virus SARS Cov2, dan silakan boleh berhubungan seksual seperti biasa.
Tetapi untuk pasangan yang berbeda jarak atau tidak serumah, bisa jadi karena belum menikah atau sedang terpisah karena pekerjaan, sangat disarankan untuk menunda dulu melakukan hubungan seksual secara langsung. Sebaiknya tetap tinggal di rumah. Dan ada pilihan lain untuk memenuhi keinginan seksual dengan pasangan melalui hubungan seksual jarak jauh, misalnya melakukan masturbasi sambil melakukan sex chat atau video call bersama pasangannya.
Semua ini harus diperhatikan untuk mencegah penularan, bahkan jika ini diabaikan, jika saja salah satu dari pasangan ternyata mengidap Covid-19 yang tidak disadari karena tidak bergejala, dan kemudian melakukan hubungan seksual, dari ciumannya yang bisa menularkan virus, karena sekali lagi virus ini bisa menular dari droplet atau percikan air liur, itu artinya ada banyak konsentrasi virus di air liur, yang bisa berpindah ke pasangannya saat ciuman dalam.
Ini yang harus dihindari saat ini. Nanti, saat situasi pandemi sudah mereda dan situasi kembali normal, silakan saling bertemu dan melakukan hubungan seksual seperti biasa.
Tentang pengaruhnya terhadap organ reproduksi, sempat tadi disebutkan bahwa virus SARS Cov2 ini tidak terdapat di cairan sperma dan cairan vagina. Juga tidak merusak kualitas sperma, tidak merusak perkembangan sel telur, tidak juga merusak system organ reproduksi pada laki-laki maupun perempuan.
Paling tidak begitu yang disampaikan dalam beberapa penelitian awal, karena sesungguhnya semua riset yang dilakukan masih bersifat permulaan, singkat, segera, dan masih perlu banyak penelitian lain untuk membuktikannya. Tetapi untuk situasi pada reproduksi perempuan, terutama pada kehamilan, ada disebutkan beberapa laporan yang menyebutkan bahwa ada yang mengalami gangguan kehamilan berupa kelahiran preterm atau sebelum waktunya, juga ada laporan kejadian fetal distress atau kemungkinan kegawatan janin, sehingga membutuhkan perhatian dan pengawasan relative lebih ketat.
Yang kemudian lebih membutuhkan perhatian adalah jika ibu hamil mengidap Covid-19, maka akan membutuhkan perhatian khusus karena saat hamil daya tahan atau imunitas ibu hamil relatif lebih rendah dan terancam penyakit menjadi lebih berat, malah bisa fatal. Pengidap Covid-19 yang akhirnya mengalami keluhan berat, bahkan mengakibatkan kematian adalah mereka yang imunitasnya kurang baik, seperti lansia, mereka yang memiliki penyakit penyerta (sakit jantung, diabetes, hipertensi, sakit ginjal, kanker, dll), juga ibu hamil dan anak-anak.
Karenanya sangat masuk akal jika ada anjuran juga kepada pasangan suami istri yang aman untuk berhubungan seksual untuk menunda terjadinya kehamilan dengan mengguankan kontrasepsi. Satu lagi, ternyata situasi wabah ini memunculkan banyak pasangan mengalami keluhan seksual, mulai dari hilangnya dorongan seksual, gangguan bangkitan seksual seperti gangguan ereksi, hingga keluhan tidak menikmati kepuasan seksualnya.
Ini sangat masuk akal terjadi karena saat ini semakin banyak orang yang mengalami permasalahan psikis hingga stress karena masalah kehilangan pekerjaan dan pendapatan, termasuk juga ketegangan saat mengikuti terus mererus kabar meningkatnya kasus Covid-19 dari hari ke hari. Permasalahan psikis ini menjadi salah satu penyebab hilangnya dorongan seksual, gangguan ereksi, hingga gangguan seksual lainnya.
Sebaiknya tetap dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan segera. Banyak dokter yang paham kesehatan seksual tetap praktek, malah bisa berkonsultasi online dari rumah. Terakhir, semoga pandemi Covid-19 ini bisa kita lalui segera. Tetap jaga jarak, hindari kerumunan, gunakan masker, dan rajin cuci tangan. Atau diam di rumah saja.
dr Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS
Discussion about this post