BALIPUSTAKANEWS – Berbicara dengan upacara keagamaan untuk umat Hindu memang tak ada habisnya, Upacara yajna (korban suci) memerlukan sarana yang dapat dikatakan sebagai penentu berhasil atau tidak sebuah upacara yajna yang sedang dilaksanakan dan sebuah sarana yang digunakan juga media konsentrasi untuk mendekatkan diri dengan Brahman (Sang Hyang Widhi).
Namun selain itu sarana juga dapat menciptakan hubungan harmonis antara lingkungan, sesame manusia, tumbuh-tumbuhan, para pitara (roh suci leluhur) serta keharmonisan lainya dalam kehidupan di dunia ini. Salah satu sarana yang dilakukan yaitu air, berikut ini fungsi dan makna Air dalam upacara yajna.
Makna Dan Fungsi Air Dalam Upacara Yajna
Air dalam kehidupan sehari-hari merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk lainya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dengan adanya air, maka manusia dapat hidup dengan bersih, sehat dan dapat mencapai ketentraman. Penggunaan air dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang fungsinya air biasa disebut dengan odaka atau odakam.
Selain berfungsi sebagai sumber kehidupan, air juga memiliki fungsi yang sangat penting dalam upacara yajna. Air dalam upacara yajna memiliki fungsi yang sangat sacral, sehingga sering disebut air suci atau Tirta. Air suci dalam kitab Bhagavad Gita disebut Toyam atau toya. Toya/tirta adalah air suci yang secara khusus dipergunakan dalam kaitanya dengan upacara keagaman yang memiliki kekuatan magis dan kekuatan eligius yang bersumber dari kekuatan Ida sang Hyang Widhi Wasa.
Menurut Drs. I Kt. Wiana: 91, dalam bukunya Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan, tirta dapat juga diartikan permandian atau sungai, kesucian atau setitik air, toya atau air suci, sungai yang suci, permandian/ sungai/ air suci, tempat perziarahan, mengunjungi tempat-tempat suci, bersuci dengan air, air suci, permandian, tempat mandi atau tempat yang dapat disebrangi. Demikianlah ienjelasan singkat makna dan fungsi air sebagai tirta dalam upacara yajna.
Selain berfungsi sebagai sarana dalam upacara yajna yang dipersembahkan kepada Tuhan, disisi lain air juga adalah anugra yang diberikan Tuhan ketika kita melaksanakan yajna (karma). Hal ini ditegaskan dalam Bhagavad Gita III.14 yang berbunyi demikian:
“Annad bhawanii bhutani, parjanyad annasamhawah, yajnad bhawanii parjanjo, yajnan karma samudhhawan”.
Terjemahan:
“Adanya makhluk hidup karena makanan, adanya makanan karena hujan, adanya hujan karena yajna, adanya yajna karena karma”
Dari sloka Bhagavad Gita III.14 diatas, dapat kita pahami bahwa air merupakan sarana yang diperlukan dalam ber-Yajna dan dengan yajna manusia memohon anugra berupa air kehidupan berwujud air hujan sehingga manusia menjadi sehat dan selamat.
Makna Tirta, dalam kaitannya dengan persembayangan dan sehabis menghanturkan sembah dilanjutkan dengan memohon, nunas tirta dengan ketentuan dipercikkan keseluruh tubuh masing-masing tiga kali, diminum tiga kali, dan diraupkan sebanyak tiga kali, adalah sebagai penyucian sabda, bayu dan idep.
Pemercikan tirta pada anggota badan bermakna untuk penyucian badan atau sthula sarira dengan tirta Kundalini. Tirta yang diminum bermakna penyucian kotoran dan perkataan atau suksma sarira (Tirta Kamandalu). Dan tirta pada saat diraup bermakna kesucian dalam kekuatan hidup (Tirta Pawitra Jati).
Ketiga sasaran pemercikan tirta tersebut di atas pada diri manusia, tentunya bermakna agar manusia memperoleh kesucian diri. Ada pun mantra yang digunakan adalah sebagai berikut:
Pada Saat Pemercikan Ke Badan
“Om Budha Pawitra ya namah, Om Budha Maha Tirta ya namah, Om Sanggya Maha Toya ya namah”
Pada Saat Diminum
“Om Brahma Pawaka, Om Wisnu Amerta, Om Iswara Jenyana”
Pada Saat Diraup
“Om Ciwa Sampuma ya namah, Om Sadha Ciwa na namah, Om Parama Ciwa ya namah”
Page 1 of 2
Discussion about this post