BALIPUSTAKANEWS – Selain menggunakan canang dan banten , Umat Hindu juga menggunakan sarana Dupa. Umat Hindu beranggapan kalau dupa menggunakan unsur api yang merupakan lambang dari Dewa Agni.
Dalam agama hindu, menggunakan dupa sangatlah penting seperti hal yang dijelaskan dalam Wedaparikrama:44-45, bahwa api adalah pengantar upacara yang menghubungkan antara manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa, Agni adalah Dewa yang mengusir Raksasa dan membakar habis semua mala sehingga menjadikanya suci, Agni adalah pengawas moral dan saksi yang abadi, agni lah yang menjadi pemimpin upacara Yajna yang sejati menurut Veda.
Dikatakan bahwa suatu upacara yajna belum lengkap kalau tidak ada unsur api di dalamnya, sebab dengan api umat Hindu dapat melaksanakan upacara dengan sempurnah, api untuk penyucian, dapat menghalau roh-roh jahat atau mendatangkan pengaruh-pengaruh baik karena api sebagai pengantar, sebagai pemimpin upacara dan juga saksi.
Dalam agama Hindu api yang sangat diharapkan yakni api yang mengeluarkan asap harum, dan yang tidak diharapkan api yang terbuat dari lilin karena tidak mengeluarkan asap berbau harum. Sedangkan untuk Dipa, Dupa, dan lainya memang sudah dirangkai khusus agar mengeluarkan bauh harum yang dilengkapi dengan kemenyn, gula, kulit duku, kayu cendana, kayu majegau dll.
Penggunaan Api dalam tradisi agama Hindu bersumber dari Kitab Suci Hindu. Yaitu kelompok kitab suci Vedanga yang terdiri dari kitab: Siksa, Vyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisa, dan Kalpa, dan dalam Wedaparikrama pun di jelaskan arti dupa yaitu:
“wijil ing dhupa sakeng wisma, dipa sakeng Ardha candra landepi sembah”.
Terjemahan:
“bahwa tajamnya sembah sakti itu (dengan) dhupa yang tercipta dan Wisma (sarwa alam) dan dipa yang terdiri dan Ardha Candra (bulan sabit) atau dengan istilah lain bahwa terwujudnya cipta pujaan itu akan dapat di intensifkan dengan mempergunakan dhupa dan dipa itu:” (Wedaparikrama:103)
Dupa berasal dari kata “wisma” yaitu alam semesta yang menyala dan asapnya bergerak ke atas dan pelan-pelan menyatu dengan angkasa. Ini dapat dikatakan sebagai lambang penuntun umat, bagi yang melakukan persembahyangan agar menghidupkan api dalam dirinya (bhuana alit) dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang Widhi. Seperti yang di ibaratkan dengan dupa yang asapnya menuju ke atas dan menyatu dengan angkasa. Dengan begitu dapat kita katakan bahwa dupa adalah lambang pertemuan antara umat dengan Tuhannya. (CF/Google)
Discussion about this post