Balipustakanews.com, Denpasar – Holding BUMN sektor aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney), terus memperkuat sinergi lintas kementerian, lembaga, dan mitra strategis untuk memastikan harga jasa dan layanan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali, tetap kompetitif di pasar internasional.
“Kolaborasi ini harus dilakukan secara gotong royong karena tidak bisa hanya dari satu pihak, melainkan melibatkan berbagai kementerian, lembaga, institusi BUMN, Danantara, hingga sektor swasta,” ujar Direktur Utama InJourney, Maya Watono, usai pertemuan dengan Komisi VII DPR RI di Denpasar, Kamis (30/10).
Maya menjelaskan, penentuan harga layanan di KEK Sanur membutuhkan koordinasi lintas sektor, mulai dari tarif transportasi udara, darat, dan laut, hingga berbagai aspek pendukung lainnya. Menurutnya, InJourney kini tengah memetakan struktur harga jasa dan layanan kesehatan agar mampu bersaing dengan negara lain seperti Malaysia dan Korea Selatan.
Langkah ini diharapkan dapat menarik kembali warga negara Indonesia yang selama ini memilih berobat ke luar negeri. “Kami ingin masyarakat berobat di dalam negeri, terutama di Bali International Hospital (BIH) atau fasilitas kesehatan lain di KEK Sanur,” kata Maya. Ia mengungkapkan, setiap tahun sekitar dua juta WNI bepergian ke luar negeri untuk berobat, dengan potensi devisa yang hilang mencapai Rp150 triliun.
Untuk mendukung investasi, pemerintah juga memberikan berbagai fasilitas fiskal dan kemudahan bagi pelaku usaha di KEK Sanur. Berdasarkan data Dewan Nasional KEK, insentif tersebut mencakup tax holiday selama 10–20 tahun bagi investor dengan nilai investasi tertentu, tax allowance untuk kegiatan non-utama, keringanan PPN dan PPnBM, serta pengurangan pajak daerah hingga 100 persen.
KEK Sanur yang berada di Denpasar memiliki luas 41,26 hektare dengan PT Hotel Indonesia Natour (HIN) sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) sejak 8 November 2022. Direktur Utama HIN, Christine Hutabarat, memaparkan bahwa hingga triwulan III 2025, total investasi kumulatif telah mencapai Rp4,94 triliun, menyerap 4.947 tenaga kerja.
Sementara itu, realisasi investasi pada triwulan III 2025 tercatat Rp714 miliar atau 41,27 persen dari target Rp1,73 triliun, dengan penyerapan tenaga kerja 1.780 orang atau 140 persen dari target. Fasilitas yang sudah beroperasi antara lain Bali International Hospital dengan layanan unggulan jantung, kanker, saraf, pencernaan, dan tulang, serta Bali Beach Hotel, gedung konvensi, taman, dan klinik terapi sel asal Jerman.
Beberapa proyek lain kini tengah dibangun, termasuk 20 klinik yang akan menyediakan layanan operasi kosmetik, transplantasi rambut, dan perawatan antipenuaan, bekerja sama dengan klinik dari Korea Selatan, Brasil, dan Singapura. Di tahap perencanaan, KEK Sanur juga menyiapkan fasilitas stem cell, rumah sakit dan klinik mata, serta layanan bayi tabung sebagai bagian dari upaya menjadikan Sanur pusat destinasi wisata medis kelas dunia. (prn)





