Balipustakanews.com, Denpasar – Di tengah kritik terhadap kepemimpinannya, Gubernur Bali Wayan Koster memilih fokus pada tindakan nyata daripada membalas dengan kata-kata. Ia menunjukkan komitmennya terhadap Bali melalui berbagai proyek besar yang kini masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025, Bali kembali mendapat status sebagai kawasan prioritas pembangunan nasional. Capaian ini merupakan hasil dari upaya berkelanjutan, diplomasi, dan kerja keras yang dilakukan secara konsisten, bukan sekadar janji politik.
Sejumlah proyek besar seperti Jalan Tol Gilimanuk–Mengwi yang sempat diragukan, kini resmi dikawal oleh pemerintah pusat. Begitu pula Bandara Internasional Bali Utara yang kembali menjadi prioritas, serta pengembangan kawasan Nusa Penida untuk mendorong potensi ekonomi dan pariwisata lokal.
“Kami terus bekerja tanpa henti. Langkah-langkah kami selalu terukur dan berkelanjutan. Kini hasilnya mulai terlihat di level nasional,” ujar Koster kepada media pada Jumat (26/4/2025) di Denpasar.
Proyek-proyek lain yang masuk dalam RPJMN mencakup revitalisasi Taman Nasional Bali Barat, pembangunan Pelabuhan Amuk di Candidasa, pengembangan Pelabuhan Gunaksa, serta pembangunan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di Klungkung.
Menurut Koster, langkah ini merupakan jawaban konkret terhadap kritik-kritik yang selama ini hanya bernada negatif. Ia menekankan bahwa pembangunan Bali tidak sekadar wacana, tapi didasari oleh kerja nyata.
“Selama kita bekerja dengan niat tulus untuk rakyat, tak perlu repot menanggapi fitnah. Hasilnya akan berbicara sendiri,” tambahnya.
Ia juga menyoroti pentingnya menjaga budaya dan identitas Bali di tengah pembangunan. Fokus diarahkan pada ekonomi kreatif, penguatan konektivitas, dan pelestarian budaya agar Bali tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata semata.
Nusa Penida pun kini dipersiapkan sebagai pusat pertumbuhan baru, guna mewujudkan pembangunan yang merata di seluruh wilayah Bali. “Saya ingin memastikan pembangunan tidak hanya terpusat di Bali selatan. Kita harus ciptakan pertumbuhan yang adil dan menyeluruh,” ujarnya.
Lewat serangkaian program tersebut, Koster ingin meninggalkan jejak sejarah sebagai pemimpin yang menjawab kritik bukan dengan retorika, melainkan dengan karya. (wb/pr)
Discussion about this post