Balipustakanews.com, Gianyar – Perayaan Hari Raya Galungan di Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali, diwarnai tradisi unik bernama ngejot tumpeng. Dalam tradisi ini, warga berkunjung ke rumah pasangan pengantin baru untuk memberikan hantaran berupa tumpeng.
Sejak Rabu (23/4) pagi sekitar pukul 08.00 Wita, para ibu-ibu terlihat membawa bawaan di atas kepala (nyuwun), baik bersama pasangan, teman, maupun anak-anak. Tempat untuk membawa tumpeng pun beragam, mulai dari piring, besek, hingga bokor dari logam.
Salah satu rumah yang dikunjungi adalah tempat berlangsungnya prosesi ngejot tumpeng. Para pengantin yang menikah enam bulan sebelum Galungan akan menerima banten soda berisi sampian, tumpeng, buah, kudapan, dan beras. Salah satunya adalah Krisna Dewi, warga Desa Keramas yang menikah dengan warga Desa Medahan pada Januari lalu. Bersama keluarga suami, Krisna menyiapkan tape dan jaja uli sebagai balasan kepada warga.
“Tapenya dibuat tiga hari sebelumnya sebanyak 25 kilogram untuk proses fermentasi, sedangkan jaja uli dibuat sehari sebelum Galungan,” kata Krisna.
Tidak ada waktu pasti untuk warga datang mengantar tumpeng, tetapi biasanya kegiatan ini selesai menjelang siang. Tumpeng dan sampian yang diterima digunakan untuk natab, atau sembahyang dengan gerakan tangan ke badan.
Gusti Biang Siti, mertua Krisna, menjelaskan bahwa tradisi ini adalah bentuk ucapan selamat sekaligus menyambut anggota baru dalam komunitas banjar.
“Kalau bisa dilakukan berdua, tapi karena anak saya kerja di kapal pesiar, akhirnya dibantu keluarga lain,” ujarnya.
Pemangku Pura Masceti dan tokoh adat Desa Medahan, Jero Mangku Made Puspa, menyebutkan bahwa tradisi ini juga simbol persahabatan. Tumpeng dan sampian adalah tanda perkawinan, sedangkan tape melambangkan keakraban karena sifatnya yang lengket.
Menurut Jero Mangku, tradisi ini sudah diatur dalam awig-awig (aturan adat) dan wajib diikuti oleh warga satu banjar. Warga dari banjar lain, serta keluarga atau teman pengantin, boleh ikut tetapi tidak wajib.
“Kalau tidak diundang saat pernikahan, biasanya tidak dikirimi tumpeng saat Galungan,” jelasnya. Ia menambahkan, meski di Desa Medahan tidak ada penjor atau lamak khusus untuk pengantin, terkadang lamak dibuat lebih panjang sebagai penghormatan.
Selain ngejot tumpeng, Desa Medahan dulunya juga punya tradisi pengatag saat Nyepi, di mana pengantin baru diberi potongan daging sapi. Namun tradisi ini kini telah lama hilang tanpa diketahui penyebabnya. (DTK/PR)
Discussion about this post