Balipustakanews.com, Badung – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Badung akan meminta penambahan waktu rekapitulasi suara di tingkat kecamatan, khususnya di Kuta Selatan. Permohonan khusus di Kecamatan Kuta Selatan ini karena jumlah TPS banyak.
“Kalau seandainya diperkenankan ada waktu tambahan. Rekap di kecamatan ini yang justru paling penting. Koreksi itu terjadi di tingkat kecamatan atas kesalahan tulis, jumlah, memasukkan angka. Salah masuk itu jadi masalah,” kata Ketua KPU Badung I Gusti Ketut Gede Yusa Arsana Putra, Jumat (16/2).
KPU Badung juga melihat kemungkinan kendala sistem yang memperlambat pekerjaan petugas di tingkat desa maupun kecamatan. Menurut Yusa Arsana, proses rekap juga butuh ketelitian tinggi untuk memastikan tidak ada kesalahan di tingkat bawah.
KPU Badung sudah memulai rekapitulasi hasil suara di dua kecamatan, yakni Kuta Selatan dan Abiansemal, Jumat (16/2). Sebab penyelenggara mempertimbangkan jumlah tempat pemungutan suara (TPS) paling banyak di wilayah paling selatan Bali ini mencapai 318 TPS.
“Butuh waktu lebih rekap hasil hitung suara di Jimbaran. Jumlah TPS di Jimbaran, kami konfirmasi semua, memang terbanyak di Bali (113 TPS), bukan hanya (terbanyak) di Badung. Nomor dua Sesetan (Denpasar) dan ketiga di Benoa Badung (103 TPS). Jumlah di Benoa dengan TPS se-kecamatan di Petang itu hampir setara,” ungkapnya.
“Jadi beban kerja lebih besar teman-teman di Jimbaran dan Benoa. Untuk itu kami harus berikan waktu lebih supaya mereka tidak merasa dikejar waktu,” ucap Yusa Arsana.
Dengan beban kerja yang berat, pihaknya meminta agar Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) tetap menjaga kondisi fisik. Sehingga mereka tidak terkendala saat bertugas.
Komisioner KPU Badung Agung Rio Swandisara sebelumnya tidak menampik kemungkinan kendala sistem sehingga berdampak terhadap perbedaan sajian data pada sistem Sirekap dengan perhitungan dari C Hasil.
Karena itu proses rekapitulasi di tingkat kecamatan menjadi penting sebagai tahapan lanjutan untuk lakukan pencocokan, koreksi atau cek data. Bahkan dilakukan pembetulan jika sistem salah baca.
“Misalnya hasil gores, angka 1. Itu bisa saja ada salah sistem sehingga dibaca 7 hanya karena ada goresan. Yang harusnya satu ditulis ditarik dari atas ke bawah, kalau ada gores di atas bisa dianggap 7,” beber Agung sambil memperagakan. (PR/DTK)
Discussion about this post