Balipustakanews.com, Buleleng – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng menyoroti maraknya kasus kekerasan seksual di Bumi Panji Sakti. Pemkab Buleleng berencana memanggil seluruh kepala sekolah (kepsek) karena korban dan pelaku kekerasan seksual didominasi anak di bawah umur atau pelajar.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengaku miris dengan keadaan tersebut. Para kepsek segera dipanggil agar sekolah juga ikut mengawasi kegiatan siswa supaya tidak terjerumus pada hal-hal negatif.
“Ya justru itu yang kita ajak bahas, memang tiap hari ngidaang (bisa) ngawasi yang begitu-begitu? Kan orang tuanya kerja. Justru ini sekolah kita juga kasih beban (pengawasan),” kata Lihadnyana, Selasa (6/2).
Lihadnyana mengatakan akan membahas fenomena tersebut dengan pihak sekolah. Dia menginginkan agar sekolah memperbanyak kegiatan positif untuk siswa di luar jam belajar. Salah satunya dengan memperbanyak kegiatan ekstrakulikuler.
“Kasih dia kegiatan ekstrakulikuler sehingga waktunya dia itu habis untuk hal-hal yang positif. Makanya kita panggil (kepsek) untuk ngajak bagaimana ini, jangan tanggung jawab mereka itu (sekolah) hanya sampai di sana. Mari kita sama-sama menyelamatkan masa depan mereka,” katanya.
Data Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Buleleng menunjukkan ada sebanyak 6 laporan kasus kekerasan seksual pada awal 2024. Pelaku dan korban didominasi oleh anak di bawah umur dari rentang usia 16 sampai 17 tahun.
Kasat Reskrim Polres Buleleng AKP Arung Wiratama mengatakan faktor utama yang menjadi pendorong banyaknya kasus kekerasan seksual itu karena tontonan dewasa di internet. “Kedua karena kurangnya perhatian dari orang tua,” tandasnya. (PR/DTK)
Discussion about this post