BALIPUSTAKANEWS – Saat ini kesedihan tengah menyelimuti masyarakat Sri Lanka. Pasalnya negara tersebut tengah dilanda masalah ekonomi yaitu kebangkrutan. Ranil Wickremesinghe Perdana Mentri Sri Lanka mengatakan bahwa negaranya benar-benar dalam keadaan menderita dan bangkrut sera krisis ekonomi terparah dalam beberapa dekade terakhir.
Pemadaman listrik yang berlangsung hingga larut malam yang terasa sangat panas, seakan merampas jam tidur karena kipas angin tidak bisa menyala. Semua anggota keluarga terjaga, terkuras tenaganya dari cobaan yang sudah berlangsung berbulan-bulan. Hidup mereka kacau karena pemadaman listrik terjadi setiap hari, setelah negara itu bangkrut dan kehabisan bahan bakar.
Ranil Wickremesinghe Perdana Mentri Sri Lanka menyebut negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menghidupkan kembali ekonomi negara yang runtuh bakal sulit, karena negara berpenduduk 22 juta jiwa itu memasuki pembicaraan sebagai negara bangkrut. Bukan negara berkembang.
Sri Lanka diketahui mengalami krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade terakhir, cadangan devisanya anjlok ke rekor terendah, dan uang pun habis untuk membayar impor barang-barang penting, seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Presiden Gotabaya Rajapaksa pada pertengahan pekan lalu sempat mencuitkan permintaan bantuan bahan bakar dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Di beberapa kota besar, termasuk ibu kota negaranya, Kolombo, ratusan orang mengantre berjam-jam untuk membeli bahan bakar. Kegiatan sekolah pun ditangguhkan karena penggunaan bahan bakar dibatasi hanya untuk layanan penting. Untuk sementara waktu, masyarakat kelas menengah dan atas membawakan paket makan dan minuman ringan untuk mereka yang mengantre di sekitar lingkungan rumah mereka. Akhir-akhir ini, biaya makanan, gas untuk memasak, pakaian, transportasi, dan bahkan listrik, telah meroket dengan sangat drastis karena nilai rupee anjlok. Bahkan sumbangan dari orang kaya pun sudah sangat berkurang. (Sy/Google)
Discussion about this post