BALIPUSTAKANEWS – The Medium merupakan salah satu hasil dari kolaborasi antara veteran dunia perfilman horor Asia yang sangat memuaskan. Kisah The Medium berasal dari Na Hong-jin yang berperan sebagai produser dalam film ini. Sedangkan Banjong bertugas dalam menulis naskah dan mengarahkan film tersebut.
The Medium tengah menjadi perbincangan hangat dan disebut-sebut sebagai film horor Thailand terbaik tahun 2021. Sebenarnya, apa yang membuat film The Medium berbeda dari film horor Thailand lainnya? Bagaimana alur ceritanya? Intip hal seru di balik kisah The Medium di bawah ini.
1. Kolaborasi sineas Thailand-Korea Selatan
The Medium menjadi film horor Thailand yang berkolaborasi dengan penulis naskah terkemuka Korea Selatan. Film ini disutradarai oleh Banjong Pisanthanakun yang telah menghasilkan beberapa film horor Thailand berkualitas, yakni Shutter (2004), Pee Mak (2013), serta 4BIA (2008).
Selain film horor, Banjong juga pernah menyutradarai film romantis, yaitu One Day (2016) dan Hello Stranger (2010). Sementara, penulis naskah Na Hong Jin merupakan sosok yang sudah tak asing di dunia perfilman Korea. Ia pernah menggarap film The Yellow Sea dan Wailing.
Kolaborasi menawan ini membuat The Medium mendapat sorotan hangat dari penggemar film horor. Berlatarkan budaya lokal Thailand, film ini menggandeng sejumlah aktor-aktris terbaik Thailand, yakni Sawanee Utoomma, Narilya Gulmongkolpech, dan lainnya.
2. Mengangkat kisah perantara makhluk halus
Memiliki banyak kebudayaan lokal yang mistis membuat kedua sineas berpengalaman ini tertarik mengangkat kisah tentang perantara mahkluk halus di sebuah pedalaman Thailand. Berpusat pada satu karakter dukun perempuan bernama, Nim (Sawanee Utoomma). Ia menjadi dukun setelah saudara perempuannya, Noi (Sirani Yankittikan) menolak untuk melakukan ritual turun-temurun tersebut.
Nim merupakan sosok perempuan yang sangat memercayai kehadiran dewa gaib, Bayan. Dewa Bayan dianggap sakral dan sering disembah oleh penduduk sekitar. Namun, Noi dan keponakannya, Ming (Narilya Gulmongkolpech) tidak memercayai sama sekali Bayan.
Penolakan Ming dan Noi berakhir celaka, mulai muncul kejadian aneh nan mengerikan yang menimpa anggota keluarga mereka. Nim mengira malapetaka tersebut merupakan peringatan dari Dewa Bayan, namun ternyata dugaan Nim salah.
3. Dikemas dalam format dokumenter
Layaknya film Paranormal Activity atau REC, film garapan Banjor hadir dengan format berbeda, yakni dokumenter. Pengambilan gambar yang apik dan penyajian kisah yang runut, membuat film ini terasa nyata dan sangat mendebarkan saat ditonton.
“Ini merupakan film horor jenis baru di mana penonton akand dibuat ketakutan secara bertahap.”
Sang sutradara dan penulis naskah mengungkapkan jika mereka sepakat untuk membuat film yang tak hanya menghadirkan sosok hantu berparas menyeramkan, tetapi juga membangun rasa takut penonton di setiap adegan film dari awal hingga akhir. Wow, so creepy, ya!
Discussion about this post