BALIPUSTAKANEWS – Nyepi merupakan salah satu Hari Raya umat Hindu yang biasanya masyarakatnya tidak melakukan aktivitas dan melakukan tapa brata.
Hari raya Nyepi ini menjadi momentum bagi umat Hindu untuk mengheningkan diri dan melakukan introspeksi diri menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Dalam hari raya Nyepi terdapat beragam rangkaian tradisi yang selalu dilakukan oleh umat Hindu. Berikut adalah beberapa tradisi yang dilakukan oleh umat Hindu, serangkaian hari raya Nyepi.
1. Melasti (H-3/2)

Melasti merupakan tradisi serangkaian Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu tiga atau dua hari sebelum hari raya Nyepi. Melasti berasal dari kata mala dan asti, yang artinya menghilangkan segala macam hal buruk untuk kebaikan, keheningan dan keharmonisan alam semesta.
Saat hari melasti umat Hindu berbondong-bondong menuntun Ida Bhatara atau Tuhan ke pantai untuk disucikan sekaligus menyucikan diri dan pikiran. Biasanya melasti dilaksanakan pagi hari atau malam hari.
Setiap desa biasanya akan ramai ke beberapa pantai di Bali. Hal ini adalah pantai merupakan sumber kesucian sehingga dengan upacara melasti, alam semesta akan suci dan terhindar dari segala kotoran dan hal buruk.
2. Tawur Kesanga (H-1)

Sehari sebelum hari raya Nyepi, dilakukan upacara pecaruan (Yadnya atau pengorbanan) yang disebut tawur kesanga. Upacara ini dilaksanakan saat tilem sasih kesanga atau kesembilan dalam perhitungan sasih Hindu.
Setiap tingkatan wilayah melaksanakan tawur kesanga. Pelaksanaannya pagi atau siang hari. Mulai dari tingkat provinsi di Pura Besakih kemudian kabupaten di Catuspata. Kemudian dilanjutkan di kecamatan menggunakan caru panca sanak, desa dengan caru panca sata, serta banjar atau dusun dengan caru eka sata.
Terakhir caru dilaksanakan di rumah masing-masing dengan sanggah cucuk, kober, api, dan lainnya. Pelaksanaan caru di rumah harus selesai sebelum pengerupukan. Caru biasanya menggunakan sesajen lengkap dan binatang seperti ayam, bebek/angsa, sapi, anjing dan lainnya.
Tujuan tawur kesanga adalah untuk membebaskan alam semesta dari bhuta kala dan malapetaka.
3. Pengerupukan (H-1)

Nah inilah tradisi rangkaian Nyepi yang ditunggu-tunggu anak muda. Pengerupukan jatuh pada tilem kesanga saat sandikala (Petang hari). Pada pengerupukan semua masyarakat terutama muda mudi membawa obor dan mengarak ogoh-ogoh keliling desa dan kota.
Suara teriakan, bebunyian, dan gamelan memeriahkan malam pengerupukan. Ogoh-ogoh ditarikan dan diputar serta digoyangkan membuat suasana menjadi meriah. Tujuan dari pengerupukan sama seperti tawur kesanga, di mana disimbolkan dengan ogoh-ogoh sebagai simbolis dari bhuta kala.
Setelah itu ogoh-ogoh harus dihancurkan dan dibakar. Pelaksanaan pengerupukan tidak boleh lebih dari tengah malam agar tidak menggangu persiapan Nyepi.








Discussion about this post